Kamis, 28 April 2011

Kajian Pragmatik


TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI
PERCAKAPAN VIRTUAL BAHASA ALAY

Hani Maryana
0807267
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Bahasa alay mewabah dengan banyaknya anak layangan (alay) yang ingin berekspresi untuk menunjukan eksistensi mereka. Perkembangan teknologi memuluskan lajur penyebaran bahasa ini. Kontroversi muncul karena bahasa alay dipandang merusak tatanan dan eksistensi bahasa Indonesia oleh segelintir orang. Hal itu disebabkan bahasa alay menabrak kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menimbulkan kesulitan bagi kaum yang tidak dikategorikan anak alay untuk memahami bahasa itu.  Percakapan virtual bahasa alay pun muncul di dunia maya sehingga menarik untuk diteliti dari segi tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Tulisan ini menjelaskan klasifikasi tindak tutur ilokusi dan perlokusi percakapan itu.
Kata Kunci: tindak tutur, ilokusi, perlokusi, ekspresif, deklarasi, direktif, komisif, bahasa Indonesia, modifikasi, bahasa alay.
Pendahuluan
            Anak alay yang sedang menjamur saat ini dominan didefinisikan sebagai anak yang merasa paling keren dalam penampilan, pengetahuan tentang musik, maupun perilaku secara umum. Mereka adalah anak-anak muda yang ingin berekspresi dan menunjukkan eksistensinya tetapi memiliki kemampuan yang terbatas dari segi finansial ataupun pengetahuan. Anak alay dipandang rendah oleh sebagian orang karena menabrak peraturan dan tatanan yang ada, salah satunya dengan memodifikasi bahasa Indonesia menadi bahasa alay.
            Perkembangan teknologi memudahkan generasi muda untuk bersosialisasi sehingga internet, situs jejaring sosial dan teknologi pesan singkat dimana bahasa alay banyak ditemukan dapat diakses dengan mudah. Segelinitir orang menganggap bahasa alay merusak kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar dan merongrong eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Hal ini disebabkan bahasa alay tidak mengindahkan kaidah bahasa Indonesia dan sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
            Penelitian ini bertujuan mengetahui maksud-maksud komunikatif dalam tuturan bahasa alay dan dampak yang diakibatkan oleh tuturan itu terhadap pendengar. Maksud-maksud komunikatif itu di antaranya dapat berupa pernyataan, tawaran, dan penjelasan.
            Oleh karena itu, ada hal yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu (a) jenis klasifikasi tindak tutur apa saja yang terdapat dalam percakapan virtual bahasa alay? (b) bagaimana maksud komunikatif bahasa alay itu? dan (c) bagaimana perlokusi bahasa alay itu?
Landasan Teori
Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya. Austin (1962) dalam How to do Things with Words mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Yule (1996) dalam  Pragmatik menyatakan bahwa tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak tutur yang saling berhubungan. Lokusi adalah tindak dasar tuturan atau menghasilakan ungkapan linguistik yang bermakna. Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan oleh penutur. Jadi, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi pendengar.
Searle membuat klasifikasi tindak tutur dengan dasar pengembangan klasifikasi Austin. Searle mengembangkan teori klasifikasi tindak tutur yang terpusat pada ilokusi yang didasarkan tujuan dari tindak dan pandangan penutur. Tindak tutur itu diklasifikasikan dalam lima jenis tuturan ilokusi, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklarasi.
Yule (1996) mengklasifikasikan sistem klasifikasi umum tindak tutur mengikuti Searle (1979) ke dalam lima jenis fungsi, yaitu deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penuturnya. Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.

Metodologi Penelitian
            Metodologi yang digunakan adalah studi pustaka. Data diambil secara acak dan diunduh dari salah satu situs internet. Data itu berupa percakapan virtual seorang anak alay dengan kakak kelasnya. Konsep yang digunakan disesuaikan dengan topik data itu, yaitu ilokusi dan perlokusi yang didapatkan dari hasil kajian pustaka.
Data itu ditranskripsi dan diteliti setiap tuturannya. Tuturan-tuturan itu diklasifikasikan dalam sistem klasifikasi umum Yule, yaitu deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Setelah ditemukan empat jenis sistem klasifikasi umum (deklarasi, direktif, ekspresif, dan komisif) dalam keseluruhan tuturan itu, setiap tuturan yang diklasifikasikan diteliti berdasarkan sistem klasifikasinya.
Tuturan-tuturan itu diteliti kembali berdasarkan perlokusi. Kemudian ditemukan dampak tindak tutur perlokusi dari tuturan-tuturan bahasa alay yang disampaikan anak alay kepada kakak kelasnya yang bukan merupakan anak alay. Setelah itu kesimpulan diambil dengan mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan.
Deskripsi dan Analisis Data
1.        Transkrip Data
Data berikut ditranskrip dari percakapan virtual dua orang, pembicara A dan pembicara B. Pembicara A adalah anak alay yang menggunakan bahasa alay. Pembicara B adalah kakak kelas pembicara A yang tidak menggunakan bahasa alay. Percakapan ini diperoleh dari salah satu situs internet yang diunduh pada tanggal 29 Maret 2011.
(1)   A:  Alluw kag! Leh knal? Ap kBrx?
(2)   B: Wa’alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh. Dengan hormat, sesampainya pesan ini, saya akan memberitahukan bahwa kabar saya baik-baik saja…. Maaf beribu-ribu maaf, Ini gerangan nomer siapa ya? Kok acap kali sms nomernya ga ke save ya? (Bales sepanjang mungkin......)
(3)   A: Owh ea muuph lupa ng@s1h s4L4m,,,, Ini EnDoet LuThuwna EmbeM C@ianK Cmu@na. Inged gag kag? Eh, kug blzna pjg bgd ch? Gi ng4ps?
(4)   B: Yaiyalah panjang…. Lagian ga dibayar perhurup inih! Gw lagi mabok nerjemahin kata2 lo nih. Keypadnya ilang2an ya? Oh elo…. Eh, siapa tadi? Tembem semua? Perasaan temen-temen gwe kalopun ada yang tembem paling sebagian di pipi doang. Ga sampe seluruh badan dah.
(5)   A: Huft …Plz dund…bkn t3mb3m cmu4, tp ’emb3m c@iank cMuana’. W AD klaz xmp lw dlu. J4h@d bgd d3ch……fufufuuu :’(
(6)   B: Yeeee mana gw apal. Adek kelas gw kan ada banyak. Bayangin misal sekelas ada 25 murid cewe dikali 9 kelas. Nah, itung ndiri dah tuh ada berapa! Itu belom dari sekolah2 laen. Mereka kan gw anggep adek kelas gw semua walopun mereka ga nganggep gw. Coba? Masa iya gw apalin atu2. Lo kira gw petugas sensus! Eh itu sebenernya huruf ’a’ mau lo ganti apa sih? Jadi angka 4 apa a keong (@)? Satu aja ribet apalagi dua gw bacanya. Plin-plan lo ah…
(7)   A: Ea mu’uph kag…. Abzn udh kbi@s44n kag. Jng mrh dund… hix… hix…  Oh ea y.. Kn ad bnyk ea… muv dh muv.. Eh kag, w inged loh qt dlu prNh kut xkul PeNcak sLt bReng jG.
(8)   B: Jorok lo ah
(9)   A: Pencak SILAT kak!!!
(10) B: Ooohhh…. Nah itu bisa nulis bener
(11) A: Tp w kluwar paz 5aBuk quNink. Gag kwt. Uji4nna bRad bGd
(12) B: Gw ga pernah ikut pencak silat. Gw ikut cheers. Yang di paling atas formasi      piramida kan gw. Lagi pula kalo gw ikut pencak silat, sabuknya ga muat.
(13) A: Iyh yng bn3r kag? Bc4nd@ aj dh wkwkwkwkwkwkwkwkwk! !!
(14) B: Eit dah lo ketawanya serem amat kayak burung gagak.
(15) A: Eh kag BTW n0m3r hpx kog ckep amad ch? Ky orangx
(16) B: Nama gw bukan Betawi.
(17) A: Mksd w ’by the way’
(19) B: Kenapa emang JALANnya?
(20) A: OMONG-OMONG! !!!
(21) B: Oh… ga tau nih.. Beruntung aja dapet nomer bgini
(22) A: Dpt dri m4n4 kag?
(23) B: Hadiah es orson. Penting amat?
(24) A: Kag kuq fesbukx lum d k0nfr1m?
(25) B: Confirm! Bukan Kon-frim! Oh yang foto profilnya dari atas sambil manyun2 itu lo ya? Gw kira fans page-nya Suneo. Belom-belom. Ntar deh kalo angel foto lo udah bener. Eh, unyeng2 lo ada 5 ya? Ampe keliatan. Banyak amat. Situ pake ekstensen unyeng2?
(26) A: Iyh ka2g bC@nd4 aj@ dh. 1tukan age’ ngetrend kag futu dri @ta5. Mak1n gaG kli4t@n mukax, makin keyenz!
(27) B: Ya iya lah. Gimana mau keren kalo muka lo keliatan. Coba dong sekali-sekali foto profilnya diganti pake fotokopi. Burem, perkecil, bolak-balik, gitu?!
(28) A: Mangx uj14n!
(29) B: Biar ga keliatan muke lu. Katanya makin ga keliatan makin kerennn… Gw yakin asli lo ga sebagus di foto kan? Nih udah gw confirm. Eh, itu foto2 lo banyak banget yang jari tangan angka satu dimulut. Lagi ngelonin orok siapa lo?  Ya ampun.. Lo ga juling foto dari atas semua?
(30) A: Gag. Udh b1aza k0g. Eh, kag mang gi onlen ea? Onlen d kul ap dihumz?
(31) B: Eh kalo bahasa alaynya �onlen di WC SPBU� apaan? Salah semua tuh option lo...!
(32) A: Ih… kakak joyokkkk…
(33) B: Kadir ga diajak?
(34) A: Itu Doyok kaaaggg…. Yah, w lgi gaG onlen niyh kag. Cb klo qt sm� onlen, kn bs chat b4r3ng
(35) B: Kita? Lo aja kali ama kawan2 lo. Lagian yang minta lo biar onlen siapa?!
(36) A: Hix..Hix…Jahad :’( Kag kug lum bubu siyh? Kn udh mlm. Mang lum ngantug ea?
(37) B: Gw ga pernah ikut MLM deh
(38) A: ’Malem’ Kag maksudx….
(39) B: Udah gede ini. Lagian sembari ngelembur ngerjain tugas nih.
(40) A: Cemangadh!
(41) B: Hdagnamec
(42) A: Paan tuch Kag???
(43) B: Tulisan lo gw balik. Bingung gw nanggepin bahasa lo. Eh tulisan lo bisa dinormalin dikit ga? Sedikiiit aja demi gw!
(44) A: Oh ea deh kag..
(45) B: Eh, ko gw baca status-status lo semuanya ngambil dari lirik-lirik lagu ya??? Keabisan ide lo? Mana udah di ’Like’-in sendiri, trus ga ada yang comment pula.
(46) A: Eaaa… Abisan w suka bgd kag sm lgu it. Co cweet bgd dech. It jga da lgu� knangan sm mantan w dlu
(47) B: (Emang gw pikirin).
(48) A: Ohiya kag! Bsk lusa jm 9 pgi d �salah satu stasiun tv� nntn w ya!
(49) B: Itu kan acara live musik itu kan?! Yang penontonnya satu panggung sama artis/bandnya. Trus sambil nari2 kompak banget di belakangnya. Lo jadi artis toh sekarang? Grup band lo apa namanya? Salut gw. Pasti lo jadi vokalisnya ya? Apa lo soloist?
(50) A: Bukan kag, gw jadi penontonx.
(51) B: Huh?!!!!!!! (Keselek)
(52) A: Ea, yng pnting msk tv kag! Gw ma rombongan udh nyiapin tarianx lho kag. Biar kompak nnti narix. Nama tarianx �Ngucek-Jemur- Ngucek-Jemur�. Tau dund kag ky gmana. Gag ngaruh deh mw bandx apa aliranx apa.
(53) B: Trus kalo bandnya metal gimana??? Masa lo mau tetep joget Ã¢â‚¬ï¿½Ngucek-Jemur�?
(54) A: Ya gag ap kag. Lgan band metal mah gag mgkin d hadirin kag. Kyk ga tau aja kag..
(55) B: Ya udah deh, selamat joget ya. Kakak mo tidur dulu. O ia, besok lusa, pagi2 kakak ga bisa nonton situ joget � Ngucek-Jemur �. Soalnya kakak sibuk mau bikin anyam2an sedotan. Bye!
(56) A: Bye… Met bubu kag. Eh kag, ntr jm2 bolax pa?
(57) B: Hah?! Lo suka nonton bola pagi2 juga?
(58) A: Ya ealah bgadang nntn bola wajar x kag
(59) B: Lo cowo apa cewe sih?!
(60) A: Cow. Mang np?
(61) B: Lah itu foto2 di fesbuk?!
(62) A: Itu mantan� w kag. Fto w d album �Juzt Me�
(63) B: ……………………………….
(64) A:  Kag?
(65) B: Eh iya sorry. Udahan dulu ya. Gw baru ngeliat UFO nih. Bye!


2.        Analisis Data
Keseluruhan data diteliti dengan tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur ilokusi bahasa alay diperoleh dari tuturan pembicara A yang menggunakan bahasa alay. Empat tindak tutur ilokusi diperoleh dari tuturan itu yaitu ekspresif, direktif, komisif, dan deklarasi. Perlokusi diperoleh dari pengaruh bahasa alay yang disampaikan pembicara A kepada pembicara B.
Tindak tutur ekspresif bahasa alay ditemukan pada tuturan (3), tuturan (5), tuturan (7), tuturan (13), dan tuturan (40). Tindak tutur ekspresif disampaikan oleh pembicara A untuk menyatakan penyesalan dan kesenangan. Hal itu terdapat dalam tuturan berikut.
(3) A: Owh ea muuph lupa ng@s1h s4L4m,,,, Ini EnDoet LuThuwna EmbeM C@ianK Cmu@na. Inged gag kag? Eh, kug blzna pjg bgd ch? Gi ng4ps?
       (Oh iya maaf lupa ngasih salam, ini gendut lucuna tembem sayang semuanya. Ingat tidak, Kak? Eh, kok balasnya panjang banget sih? Sedang Apa?)
(5) A: Huft …Plz dund…bkn t3mb3m cmu4, tp ’emb3m c@iank cMuana’. W AD klaz xmp lw dlu. J4h@d bgd d3ch……fufufuuu :’(
       (Huft [Kata dalam bahasa alay yang menunjukkan kesedihan], please dong. Bukan tembem semua tapi tembem sayang semua. Saya adik kelas SMP kamu dulu. Jahat banget deh. Fufufuuu [Kata dalam bahasa alay yang menunjukkan kesedihan])
(7) A: Ea mu’uph kag…. Abzn udh kbi@s44n kag. Jng mrh dund… hix… hix…  Oh ea y.. Kn ad bnyk ea… muv dh muv.. Eh kag, w inged loh qt dlu prNh kut xkul PeNcak sLt bReng jG.
       (Iya maaf, Kak. Habisnya sudah kebiasaan, Kak. Jangan marah dong. Hix [Kata dalam bahasa alay yang menunjukkan kesedihan]. Oh iya ya, kan ada banyak ya. Maaf deh maaf. Eh Kak, saya ingat loh kita dulu pernah ikut ekstrakurikuler pencak silat bareng juga.)        
(13) A: Iyh yng bn3r kag? Bc4nd@ aj dh wkwkwkwkwkwkwkwkwk! !!
(Ih yang benar, Kak? Bercanda saja deh. Wkwkwkwkwkwkwkwkwk. [Kata dalam bahasa alay yang menunjukkan ekspresi tertawa]
(40) A: Cemangadh!
(Semangat)
     Pembicara A mengekspresikan kesedihannya dalam tulisan dalam bahasa alay huft, fufufuuu, dan hix. Kata-kata bahasa alay itu merupakan ekspresi dalam bahasa tulisan anak alay dalam menggambarkan seorang yang sedang menangis. Permohonan maaf disampaikan pembicara A kepada pembicara B dalam bahasa alay dengan menggunakan kata muuph, mu’uph, dan muv dh muv. Kata-kata itu merupakan sinonim kata maaf dalam bahasa Indonesia.
     Pembicara A mengekspresikan kesenangannya dalam bahasa alay dengan kata wkwkwkwkwkwkwkwkwk. Kata itu merupakan ekspresi anak alay dalam menggambarkan seorang yang sedang tertawa senang. Kata cemangadh, dalam bahasa Indonesia berarti semangat, mencerminkan pernyataan psikologis anak alay dalam menyatakan kegembiraannya mendukung seorang yang dia senangi.
Tindak tutur direktif bahasa alay ditemukan pada tuturan (10) dan tuturan (48). Tindak tutur direktif disampaikan oleh pembicara A untuk menyatakan apa yang diinginkan . Hal itu terdapat dalam tuturan berikut.
(10)  A:  Alluw kag! Leh knal? Ap kBrx?
(Halo, Kak! Boleh kenal? Apa Kabar?)
(48) A: Ohiya kag! Bsk lusa jm 9 pgi d �salah satu stasiun tv� nntn w ya!
       (Oh iya, Kak! Besok lusa jam sembilan pagi di acara salah satu stasiun televisi, nonton saya ya!)
Pembicara A menyatakan apa yang menjadi keinginannya kepada pembicara B dalam tindak tutur permintaan dan permohonan Leh knal? dan Bsk lusa jm 9 pgi d �salah satu stasiun tv� nntn w ya!. Pembicara A meminta berkenalan dengan pembicara B dan memohon pembicara B untuk menonton acara musik pukul sembilan pagi di salah satu stasiun televisi.
Tindak tutur deklarasi bahasa alay ditemukan pada tuturan (11). Tindak tutur deklarasi disampaikan oleh pembicara A untuk menampilkan peran institusional khusus pembicara A dalam konteks khusus, dalam menampilkan deklarasi itu. Hal itu terdapat dalam tuturan berikut.
(11) A: Tp w kluwar paz 5aBuk quNink. Gag kwt. Uji4nna bRad bGd
(Tapi saya keluar pas sabuk kuning. Tidak kuat. Ujiannya sangat berat.)
Pembicara A menyatakan bahwa dia keluar dari ekstrakurikuler pencak silat di sekolah menengah pertama karena tidak kuat menghadapi ujianya yang berat. Pernyataan bahasa alay itu mengubah tuturan-tuturan selanjutnya.
Tindak tutur komisif bahasa alay ditemukan pada tuturan tuturan (44). Tindak tutur komisif yang disampaikan oleh pembicara A yang terdapat  pada tuturan berikut.
(43) B: Tulisan lo gw balik. Bingung gw nanggepin bahasa lo. Eh tulisan lo bisa dinormalin dikit ga? Sedikiiit aja demi gw!
(44) A: Oh ea deh kag..
(Oh iya deh, Kak.)
     Pembicara A menyatakan bahwa dia akan sedikit memperbaiki bahasanya supaya pembicara B mengerti apa yang akan dia sampaikan. Tindak tutur pembicara A yang berupa janji itu mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan selanjutnya.
Perlokusi bahasa alay terhadap pembicara B yang tidak menggunakan bahasa alay ditemukan pada tuturan (4), tuturan (6), dan tuturan (43). Perlokusi terdapat dalam tuturan-tuturan pembicara B berikut.
(4) B: Yaiyalah panjang…. Lagian ga dibayar perhurup inih! Gw lagi mabok nerjemahin kata2 lo nih. Keypadnya ilang2an ya? Oh elo…. Eh, siapa tadi? Tembem semua? Perasaan temen-temen gwe kalopun ada yang tembem paling sebagian di pipi doang. Ga sampe seluruh badan dah.
(6) B: Yeeee mana gw apal. Adek kelas gw kan ada banyak. Bayangin misal sekelas ada 25 murid cewe dikali 9 kelas. Nah, itung ndiri dah tuh ada berapa! Itu belom dari sekolah2 laen. Mereka kan gw anggep adek kelas gw semua walopun mereka ga nganggep gw. Coba? Masa iya gw apalin atu2. Lo kira gw petugas sensus! Eh itu sebenernya huruf ’a’ mau lo ganti apa sih? Jadi angka 4 apa a keong (@)? Satu aja ribet apalagi dua gw bacanya. Plin-plan lo ah…
(43) B: Tulisan lo gw balik. Bingung gw nanggepin bahasa lo. Eh tulisan lo bisa dinormalin dikit ga? Sedikiiit aja demi gw!
(51) B: Huh?!!!!!!! (Keselek)
Tuturan-tuturan di atas dituturkan pembicara B sebagai bentuk kekesalan, kebingungan, dan keterkejutan dalam menghadapi bahasa alay yang dituturkan pembicara A. Hal ini tersurat dalam kalimat Gw lagi mabok nerjemahin kata2 lo nih, Satu aja ribet apalagi dua gw bacanya, dan Bingung gw nanggepin bahasa lo. Bahasa alay yang dituturkan pembicara A menabrak kaidah penulisan bahasa Indonesia sehingga membuat pembicara B yang tidak menggunakan bahasa alay mengalami kesulitan dalam menerjemahkan tuturan yang disampaikan pembicara A.
Pembicara B terkejut ketika pembicara A menyatakan bahwa dia hanya menjadi penonton acara musik di salah satu stasiun televisi. Pembicara B tersedak karena pada awalnya dia menganggap pembicara A merupakan bintang tamu acara musik itu sehingga dia diminta untuk menontonnya. Namun kenyataannya pembicara A hanyalah penonton yang berlagak menari dengan gerakan yang dianggap keren oleh mereka.
Simpulan
Tindak tutur ilokusi bahasa alay pada dasarnya menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa alay memodifikasi bahasa Indonesia dengan menggabungkan huruf dengan angka, memperpanjang atau memperpendek pemakaian huruf atau memvariasi huruf besar dan kecil membentuk sebuah kata dan kalimat. Hal itu dapat dilihat dari kata-kata huft, fufufuuu, hix, muuph, mu’uph, dan muv dh muv yang mengekspresikan kesedihan dan permintaan maaf dengan memodifikasi kata maaf dalam bahasa Indonesia. Selain itu, dapat dilihat dalam kalimat “Tp w kluwar paz 5aBuk quNink. Gag kwt. Uji4nna bRad bGd.” yang memodifikasi kalimat Tapi saya keluar pas sabuk kuning. Tidak kuat. Ujiannya berat banget.
Empat klasifikasi tindak tutur ilokusi diperoleh dari tuturan-tuturan pembicara A yaitu ekspresif, direktif, komisif, dan deklarasi. Maksud-maksud komunikatif bahasa alay itu memang sulit dipahami oleh orang yang tidak termasuk golongan anak alay. Akan tetapi, apabila cara modifikasinya sudah diketahui, maksud komunikatifnya dapat dipahami dan tersampaikan dengan baik kepada lawan tutur. Perlokusi bahasa alay mengakibatkan lawan tuturannya yang bukan anak alay mengalami kesulitan dalam menerjemahkan bahasa alay itu karena tidak terbiasa dengan kata-kata itu.
Pemakaian bahasa alay digunakan dalam lingkup percakapan non-formal. Anak muda termasuk anak alay umunya dapat menempatkan dimana bahasa alay itu digunakan. Dengan demikian, fenomena ini merupakan variasi bahasa Indonesia yang menarik dan dapat memperkaya kajian para ahli bahasa.   

Pustaka Acuan
Saputra, Ghamblang. 2010. “Klasifikasi Tindak Tutur”. [Online]. Tersedia:  http://ghamblang.blogspot.com/p/tutur-lokusi-ilokusi-dan-perlokusi.html [17Maret2011]
Wiryotinoyo, Mujiyono. 2006. Analisis Pragmatik dalam Penelitian Penggunaan Bahasa. Jurnal Bahasa dan Seni Mujiono.
Yule, George.2006. “Pragmatik”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar





Tidak ada komentar:

Posting Komentar