Rabu, 11 Mei 2011

Pragmatik

ANALISIS TINDAK TUTUR BERTAMENGAN DAN TAK BERTAMENGAN PENGAKUAN GAYUS TAMBUNAN
Hasby Faydlul Barokat
0809320
Abstrak
          Gayus Halomoan Tambunan adalah sebuah nama yang tiba-tiba menjadi fenomenal di Indonesia. Dia seorang pegawai golongan III di kantor perpajakan yang memiliki kekayaan berjumlah miliaran rupiah. Uang itu didapatnya setelah melakukan penyalahgunaan dalam pajak. Setelah penangkapannya lalu munculah nama-nama lain yang menurutnya ikut terlibat dalam kasus mafia pajak diantaranya Andi kosasih. Pada tanggal 7 desember lalu akhirnya Andi kosasih disidang dan Gayus hadir sebagai saksi dan memberi kesaksian. Dalam sidang tersebut Gayus melakukan tindak tutur yang memenuhi maksim kuantitas dan membentuk tindak tutur tak bertamengan, selain itu, Gayus pun melakukan tindak tutur yang melanggar maksim kuantitas dan membentuk tindak tutur bertamengan. Kedua hal ini dilakukan demi membentuk citra positif pada dirinya. Gayus Halomoan Tambunan suddenly became a really phenomenal name in Indonesia. He is an official employee in taxation office and he having billionaire opulence in his hand. The money is getting from misaplicationning the tax. After his get caught, then coming out some name who involve with the case. One of the is Andi Kosasih.
Abstract
          In 7 December 2010, Andi Kosasih get the session finally. And Gayus was there as a witness and giving some testimony. In the session, Gayus made some speech act that eligibility with maxim quantity and made unhedges speech act, beside that, Gayus made some speech act that collide with maxim quantity and made hedges speech act. Both of it was did to make positive image in him.
Kata kunci: tindak tutur, tindak tutur bertamengan, tindak tutur tak bertamengan
Pendahuluan
          Analisis tuturan bertamengan dan tak bertamengan Gayus Tambunan. Gayus merupakan seorang tersangka kasus mafia pajak. Dia memperoleh gelontoran dana sebanyak US $ 500.000 atau setara dengan 35 miliar rupiah setelah membantu 3 perusahaan Bakrie dalam penggelapan pajak. Selain Gayus, adapula Andi Kosasih yang juga terlibat dalam kasus mafia pajak tersebut. Pada tanggal 7 Desember 2010 Andi Kosasih  akhirnya disidang dana Gayus hadir dalam siding tersebut sebagai saksi dan memberi beberapa kesaksian.
          Beberapa waktu lalu Gayus Tambunan menjadi sorotan seluruh warga Indonesia. Dia mengantongi uang miliaran rupiah dari hasil manipulasi pajak. Ketika kasusnya terbongkar nama Gayus Tambunan langsung melambung. Untuk seorang karyawan golongan III saja sudah dapat menggelapkan uang miliaran rupiah, apalagi atasannya. Nama Gayus kian melambung setelah membuat pernyataan bahwa ada beberapa nama orang penting yang juga terlibat dalam kasus mafia pajak. Nama dan foto Gayus selalu menghiasi berbagai surat kabar dan berbagai media elektronik. Ada yang membencinya akibat apa yang telah dilakukannya, tetapi ada pula yang membela karena Gayus dapat menjadi kunci untuk membongkar kasus-kasus mafia pajak yang lainnya.
          Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tuturan yang dikeluarkan oleh seseorang sehingga seorang Gayus Tambunan yang jelas terbukti mengambil keuntungan pribadi dari hasil mafia pajak masih mempunyai pendukung. Hal ini tentulah ada yang melatarbelakanginya, yaitu tuturan-tuturan Gayus yang tanpa dia sadari sudah mematuhi maksim kuantitas dan melakukan tindak tutur tak bertamengan ketika dia tanpa ragu mengatakan semua yang sudah dilakukannya bersama rekan-rekannya untuk melakukan kecurangan dalam pajak.
Landasan Teori
Dalam ilmu pragmatik ada yang disebut dengan prinsip kerja sama dan implikatur. Untuk mengetahui prinsip tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis sebuah dialog. Dalam sebuah dialog ada yang disebut dengan penutur dan pendengar. Agar komunikasi diantara penutur dan pendengar baik, maka harus ada kerjasama yang baik antara kedua partisipan itu. Jika tidak, tentu pendengar tidak akan dapat memahami apa yang hendak diinformasikan oleh si penutur. Menurut Grice, prinsip kerja sama percakapan terbagi menjadi empat prinsip yang disebut dengan maksim, yaitu:
1.    Maksim kualitas
2.    Maksim kuantitas
3.    Maksim relevansi
4.    Maksim cara
Yang akan dibahas dalam laporan ini adalah maksim kuantitas dan hubungannya dengan bentuk tuturan bertamengan dan tak bertamengan. Maksim kuantitas adalah sebuah percakapan yang informatif seperti yang diminta dan tidak membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Artinya pembicara memberikan informasi yang cukup dan seinformatif mungkin. Jika suatu tuturan memenuhi maksim kuantitas, artinya dia sudah melakukan tindak tutur tak bertamengan dan implikaturnya akan menimbulkan citra positif pada diri penutur. Sebaliknya jika suatu tuturan tidak mematuhi atau melanggar prinsip dari maksim kuantitas, artinya penutur sudah melakukan tindak tutur bertamengan. Bertamengan artinya dia bertutur dengan hati-hati karena takut citranya rusak. Walaupun demikian, implikasi tindak tutur bertamengan ini akan menimbulkan citra positif terhadap penuturnya.
Metodologi
Hal pertama yang dilakukan setelah mendapatkan tugas untuk melakukan analisis kecil adalah tentu saja menentukan tema. Dosen meminta untuk menyiapkan 3 buah tema atau topic yang kemudian beliau yeng menentukan tema mana yang akan diangkat, dan akhirnya terpilihlah tema “Tindak Tutur Tamengan dan Bertamengan Gayus Tambunan” setelah tema terpilih barulah mencari data yang relevan dengan tema tersebut. Karena yang akan dianalisis adalah tentang maksim kuantitas, maka saya mencari data yang berupa dialog. Untuk itu saya mencari dengan menggunakan media elektronik lebih tepatnya lagi internet. Dan saya menemukan cuplikan sidang Andi Kosasih, dimana Gayus Tambunan yang statusnya sebagai saksi memberikan informasi seputar mafia pajak yang melibatkan Andi Kosasih dan juga dirinya sendiri.
Setelah menemukan data yang relevan, saya menganalisisnya dengan menggunakan prinsip kerjasama partisipan yang saya ambil dari buku karya George Yulle dan juga beberapa sumber lain yang saya ambil untuk melakukan analisis ini. Tak lupa sayapun menganalisis bentuk tuturan Gayus apakah sudah memenuhi maksim kuantitas atau justru malah melanggarnya. Dan apakah menggunakan prinsip bertamengan ataukah tak bertamengan.
Tidak berhenti sampai disitu, sayapun meminta pendapat dari beberapa orang mengenai seorang Gayus Tambunan, sehingga saya bisa mengetahui apakah citra Gayus di masyarakat sudah benar-benar hancur, ataukah masih ada yang bersimpati kepadanya.
Deskripsi dan Analisis data
Transkrip Data
Konteks          :   
Gayus Tambunan, tersangka kasus mafia pajak member kesaksian dalam sidang Andi Kosasih yang juga rekannya sendiri dan juga sama-sama terlibat dalam kasus mafia pajak member kesaksian dalam siding yang dipimpin oleh hakim Prasetyo Ibnu Asmara di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Cuplikan siding ini diperoleh dari stasion televisi Metro TV, Selasa 7 Desember 2010. Topik seputar Gayus menerima upah Rp 35 Miliar dengan membantu 3 Perusahaan Grup Bakrie.
(1)   Hakim      :    Anda mendapat fee atau honor  US $ 500.000 dolar.
(2)   Gayus       :    Betul Pak.
(3)   Hakim      :    Mengapa jumlahnya sangat fantastis?
(4) Gayus       :    Saya juga tidak tahu apakah itu fantastis atau tidak karena saya menganalogikan begini Pak. Kalau perusahaan kecil mungkin feenya kecil, kalau perusahaan besar fee segitu juga mungkin kecil Pak.
(5)   Hakim      :    Kalau diukur dari ya kita tahu
(6)   Gayus       :    Skala perusahaan
(7)   Hakim      :    Ya, kita tahu semua, itu perusahaan besar
(8)   Gayus       :    Bagi saya uang segitu besar sekali Pak.
(9)   Hakim      :    Bagi semua orang, uang 500.000 US dolar itu besar sekali. Uang itu Anda dapat setelah melakukan apa?
(10) Gayus       :    Perusahaan Bumi Resources mengajukan banding tahun pajak 2005, saya diminta untuk membuatkan surat banding, surat bantahan dan termasuk persiapan-persiapan Pak, apa aja kira-kira biasanya yang segala macamnya Pak. Itu diberi juga 500.000 (US $ 500.000) dananya itu ada 3.000.000 (US $ 3.000.000) dikasihnya. Imam Cahyo yang ngasih order ke Alif Kuncoro dapet 500 (US $ 500.000), Alif Kuncoro dapet 500 (US $ 500.000), Saya dapet 500 (US $ 500.000), Maroeli dapet 1,5 (US $ 1.500.000), Maroeli saya minta tolong Maroeli lagi untuk bantu keluarkan.
Dalam data di atas, terdapat peritiwa tindak tutur (speech act) yang sudah memenuhi maksim kuantitas, yaitu: “betul pak” (2), juga terdapat pada “…saya diminta untuk membuatkan surat banding...”. Tuturan tersebut memenuhi maksim kuantitas, karena berisi informasi yang jelas dan tepat, serta mengandung kepastian. Selain itu didukung dengan adanya data berupa angka yang semakin menguatkan bahwa dalam tindak tutur tersebut sudah mematuhi maksim kuantitas.
          Akan tetapi dalam beberapa data lain justru tidak memenuhi maksim kuantitas atau melanggar maksim kuantitas, misalnya pada tindak tutur “Saya juga tidak tahu…” (4). Kata “saya tidak tahu apakah fee segitu fantastis atau tidak…” jelas menggambarkan ketidaktahuan dan ketidakpastian penutur. Hal ini menunjukkan bahawa penutur bersikap hati-hati dalam menjawab pertanyaan. Jika penutur menjawab bahwa fee sebesar itu kecil, jelas akan membuat citranya di masyarakat semakin buruk, karena jika uang sebanyak  500.000 dolar Amerika bagi dia itu jumlah yang kecil, artinya dia mempunyai uang yang jauh lebih besar dari itu dan dapat dipastikan bahwa masyarakat akan menganggap seluruh harta yang dia miliki hasil dari kecurangan dalam pajak, walaupun sebenarnya masyarakat sendiri tidak tahu apakah seluruh hartanya dari hasil kecurangan tersebut atau bukan. Oleh karena itu penutur dengan berhati-hati menjawab dengan kalimat yang membuat pendengar hanya dapat menginterpretasikan sendiri maknanya, yaitu dengan kalimat “tidak tahu” dan “mungkin”.
          Kalimat tak bertamengan lain dia tuturkan lagi pada kalimat “bagi saya uang segitu…”. Dia hanya menyatakan “bagi saya” padahal yang terlibat dalam kasus mafia pajak itu bukan hanya dia seorang. Dengan mengucapkan kalimat tersebut seolah Gayus ingin membuktikan bahwa dia tidak melakukan penggelapan pajak dalam jumlah yang besar karena uang sebanyak 500.000 dolar Amerika itu besar, dan tentu akan menimbulkan sedikit citra positif untuk dirinya walaupun sebenarnya tidak ada satu orang pun yang tahu apakah Gayus berbohong atau tidak.
Penutup
Kesimpulan
           Setelah melakukan analisis, dapat kita simpulkan bahwa semua orang tentu menginginkan citra dirinya positif. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menggunakan tindak tutur bertamengan dan juga tak bertamengan seperti yang sudah dilakukan terpidana korupsi Gayus Halomoan Tambunan.

           Walaupun sudah terbukti bersalah, akan tetapi Gayus tetap berusaha untuk mendapat simpati dari masyarakat dengan melakukan tindak tutur tak bertamengan saat ditanya seputar dengan siapa saja dia bekerja sama dalam melakukan tindak keriminal tersebut, sehingga dia dapat disebut kooperatif dengan pemerintah untuk membongkar siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut. Implikasinya, jelas, dia mendapat citra positif di masyarakat
           Tetapi ketika ditanya apakah menurut dia uang sebesar itu fantastis, dia menjawabnya dengan tindak tutur bertamengan agar tidak mendapat citra negative di masyarakat.
           Satu hal yang pasti, semua itu dilakukannya demi satu tujuan yaitu mendapat citra positif di masyarakat, agar setelah dia melaksanakan hukumannya, dia dapat diterima kembali di masyarakat.
Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa
           Kerja sama partisipan dalam prinsip maksim kuantitas sangat bagus jika diterapkan dalam pembelajaran. Seperti telah disebutkan pada Bab II, bahwa maksim kuantitas terjadi apabila dalam sebuah percakapan terjadi pernyataan yang informatif seperti yang diminta dan tidak membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Dengan demikian, tidak akan terjadi kesalahpahaman dalam proses pembelajaran, dan peserta didikpun akan puas apabila kita mengajar dengan jelas, tepat, pasti dan tidak bertele-tele. Citra pengajar tersebutpun pasti akan baik di mata peserta didiknuya. Sebaliknya jika seorang pengajar tidak mematuhi maksim kuantitas, misalnya saja ketika menerangkan menggunakan kata “mungkin” atau “tidak tahu” maka akan membuat peserta didik berfikir negative tentang pengajar tersebut. Klimaksnya, peserta didik akan menganggap pengajar tersebut sebagai pengajar yang bodoh. Tentu hal ini harus dihindari, oleh karena itu sebisa mungkin, kita semua harus pandai menerapkan prinsip maksim kuantitas.
Pustaka Acuan
Saifullah, Aceng Ruhendi. PRAGMATIK: Dari Morris sampai van Dijk dan Perkembangannya di Indonesia.
Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar