Rabu, 11 Mei 2011

Pragmatik

Analisis Tindak Tutur Ilokusi dan Perlokusi Percakapan Aa Gym dalam Acara “Kick Andy”

Hani Maryana
0807267
Abstrak
Tuturan Aa Gym, seorang pemuka agama dan wirausahawan yang sukses, mengakibatkan pengaruh yang besar bagi pendengar. Walaupun tindakannya berpoligami membuat pamornya turun, namun tuturannya masih mengandung magnet yang dapat menarik emosi orang yang mendengarkan tuturannya itu. Aa Gym mencurahkan pengalaman hidupnya dalam acara Kick Andy sehingga menarik untuk diteliti dari segi pragmatik: tidak tutur ilokusi dan perlokusi. Tulisan ini memaparkan klasifikasi tindak tutur dan akibat perlokusi yang terdapat dalam tuturan Aa Gym itu yang menarik, jenaka, sekaligus menguras emosi.
Abstract
Aa Gym, a religious leader and a successful entrepreneur, make in a great influence to the listener with his speech. Although his polygamy makes his prestige down, his speech still contain magnets that can attract people who listen. Aa Gym devote his life experiences in the show Kick Andy's so interesting to be studied in terms of pragmatics: speech both ilokusi and perlokusi. This paper describes the classification of speech acts and consequences contained in his speech that was an interesting, witty, and well draining emotion.
Kata Kunci: tindak tutur, ilokusi, perlokusi, tuturan, ekspresif, deklarasi, representatif, komisif, dituturkan, menarik, dampak.
Pendahuluan
            Abdullah Gymnastiar atau yang akrab di sapa Aa Gym ini, seorang pemuka agama yang kontroversial membagi pengalaman hidupnya dalam acara unggulan salah satu stasiun swasta, Kick Andy. Acara ini merupakan acara talk show berkualitas yang menghadirkan bintang tamu dapat menginspirasi kehidupan orang banyak. Andy F. Noya, selaku pembawa acara itu, mengorek informasi mengenai pengalaman hidup Aa Gym dari masa dia jatuh bangun dalam merintis dirinya menjadi seorang wirausahawan dan seorang pendakwah.
            Walaupun tindakan Aa Gym berpoligami membuat sebagian kalangan perempuan jengah, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dia adalah seorang motivator handal yang pandai merangkai kata dalam menginspirasi orang banyak. Tidak sedikit orang yang terhipnotis oleh diksi segar dan menyentuh yang diutarakan Aa Gym dalam setiap tuturannya. Banyak makna yang dapat diambil dari setiap tuturannya sehingga menjadi refleksi diri untuk membangun pribadi yang lebih baik.
            Penelitian ini bertujuan mengetahui maksud-maksud komunikatif dalam tuturan Aa Gym dan dampak yang diakibatkan oleh tuturan itu terhadap pendengar. Maksud-maksud komunikatif tersebut di antaranya dapat berupa pernyataan, tawaran, dan penjelesan.
            Oleh karena itu, ada hal yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah (a) jenis klasifikasi tindak tutur apa saja yang terdapat dalam tuturan Aa Gym dalam acara Kick Andy? dan (b) bagaimana akibat dari tindak tutur perlokusi Aa Gym itu?
Landasan Teori
Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya. Austin (1962) dalam How to do Things with Words mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Yule (1996) dalam  Pragmatik menyatakan bahwa tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak tutur yang saling berhubungan. Lokusi adalah tindak dasar tuturan atau menghasilakan ungkapan linguistik yang bermakna. Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan oleh penutur. Jadi, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi pendengar.
Searle membuat klasifikasi tindak tutur dengan dasar pengembangan klasifikasi Austin. Searle mengembangkan teori klasifikasi tindak tutur yang terpusat pada ilokusi yang didasarkan tujuan dari tindak dan pandangan penutur. Tindak tutur itu diklasifikasikan dalam lima jenis tuturan ilokusi, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklarasi.
Yule (1996) mengklasifikasikan sistem klasifikasi umum tindak tutur mengikuti Searle (1979) ke dalam lima jenis fungsi, yaitu deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penuturnya. Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.
Metodologi Penelitian
            Data dengan tipe video diambil secara acak dan diunduh dari salah satu situs internet. Data itu berupa rekaman video acara Kick Andy episode Aa Gym Menjawab. Konsep yang digunakan disesuaikan dengan topik data itu, yaitu ilokusi dan perlokusi yang didapatkan dari hasil kajian pustaka.
Kemudian rekaman video itu ditranskripsi dan diteliti setiap tuturannya. Tuturan-tuturan itu diklasifikasikan dalam sistem klasifikasi umum Yule, yaitu deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Setelah ditemukan empat jenis sistem klasifikasi umum dalam keseluruhan tuturan itu, setiap tuturan yang diklasifikasikan diteliti berdasarkan sistem klasifikasinya deklarasi, representatif, ekspresif, dan komisif).
Tuturan-tuturan itu diteliti kembali berdasarkan perlokusi. Kemudian ditemukan dampak tindak tutur perlokusi dari tuturan-tuturan Aa Gym itu bagi pendengar yang menghadiri acara Kick Andy pada saat itu. Setelah itu kesimpulan diambil dengan mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan.
Deskripsi dan Analisis Data
Transkrip Data
Data berikut ditranskrip dari percakapan Aa Gym, Andy F. Noya dan para penonton yang hadir di studio metro tv pada acara Kick Andy episode Aa Gym Menjawab.
(1) Andy F. Noya (AFY): “Ya Aa Gym, sebelum bertanya tentang poligami, saya ingin bertanya satu hal yang penting untuk kita ketahui bersama. Anda punya ciri khas pake sorban. Kapan Anda mulai pake sorban dan mengapa pake sorban?”
(2) Aa Gym (AG): “Bismillahirrahmanirrahim. Pada waktu pesantren dulu guru-guru menggunakan sorban dan ketika memulai dakwah rata-rata orang mengatakan wajah saya terlalu muda untuk berdakwah. Sorban ini membantu lebih tua sedikit.” (Penonton tertawa dan bertepuk tangan)
(3) AFY: “Tapi ini modelnya ga lazim ini, A. Kalau kita lihat di Arab apa itu kan, modelnya lain ya. Ini modelnya apa kalau boleh tahu?”
(4) AG: “Memang guru saya juga tidak seperti ini. Ngarang saja (AFY dan penonton tertawa) tetapi ada hikmahnya kalau sedang bersorban.”
(5) AFY: “Apa hikmahnya?”
(6) AG: “Rem menjadi lebih pakem, lebih sangat berhati-hati menjaga sikap. Mudah-mudahan isi yang di balik sorban ini lebih bagus daripada sorbannya. Amin.” (Penonton bertepuk tangan)
(7) AFY: “Ada cerita menarik dari sorban di buku ini. Jadi pada saat Anda naik mobil, dan mobilnya tidak punya safety belt. Apa yang Anda lakukan dengan sorban?”
(8) AG: “Menarik waktu itu di sebuah desa di Jawa Timur, ada mobil yang menjemput dan saya bertanya, ‘Ada sabuk pengaman tidak ada?’ lalu beliau mengatakan, ‘kenapa harus takut, A? Bukankah selamat celaka itu ada dalam genggaman Allah?’ saya katakan, ‘Saya sependapat hidup mati saya memang dalam kekuasaan Allah, tapi saya punya tugas untuk menyempurnakan kewajiban saya melindungi diri saya.’ karena tidak ada maka saya buka sorban, iket ke kursi.” (Penonton tertawa dan bertepuk tangan) “Kalaupun saya ditakdirkan mati saat itu dengan cara apa saja mudah-mudahan di aherat tidak dituntut karena sudah berusaha menyempurnakan ikhtiar.” (Penonton bertepuk tangan)
(9) AFY: “Mungkin belum banyak di antara kita yang tahu. Kita hanya melihat sosok Aa Gym seperti yang kita kenal sekarang, tapi Aa Gym sekian puluh tahun yang lalu ternyata jualan baso. Bagaimana ceritanya Anda jualan baso?”
(10) AG: “Sebetulnya jualan baso itu ketika sesudah menikah, Pa. Dari TK tuh sudah jualan, jualan jambu tetangga.” (Penonton tertawa) “Maksudnya tetangga yang punya pohonnya. SMP juga selama sekolah jualan, SMA begitupun ketika ditakdirkan kuliah karena memang orang tua mendidik untuk mandiri. Walaupun rezekinya dicukupi tetapi selalu diingatkan untuk selalu siap mandiri dan inilah rezeki yang paling besar yaitu kita diberikan kesempatan mengembangkan enterpreseurship, kemampuan meng-create manfaat dalam situasi apapun yang manfaat.”  
(11) AFY: “Tapi kenapa harus jualan baso?”
(12) AG: “Jualan baso karena memang saya senang baso gitu.” (AG, AFY, dan Penonton tertawa) “Jadi memang waktu awal menikah itu memang kurang nyambung. Waktu kuliah itu elektro, Pa. Sesudah kuliah kena baso ya. Saya senang karena baso tu kelihatannya bisa membuat orang, waktu itu tren sekali baso, hanya jualannya waktu itu sekuat tenaga se-sar’i mungkin. Usaha baso saya kurang berkembang, Pa. Jadi ketika azan saya tingalkan basonya, yang mau bayar, bayar sendiri yang mau ngambil, nambah. Rupanya pembeli kita belum siap jualan seperti itu.” (AFY dan penonton tertawa) “Jadi  yang banyak datang yang konsultasi, Pa.” (AFY dan penonton tertawa) “Basonya semangkok, diamnya sejam dua jam dan sedih lagi, tapi itulah episode.”
(13) AFY: “Dalam kehidupan Anda?”
(14) AG: “Ya, menikmati sekali bagaimana jam empat sudah mencari tulang.”
(15) AFY: “Di pasar ya.”
(16) AG: “Sehingga mengenal bagaimana kehidupan beratnya di pasar dengan berjualan baso ini.”
(17) AFY: “Di sini juga diceritakan bahwa sebenarnya bagaimana seorang Aa Gym waktu SD itu jualan jambu. Yang tidak diceritakan itu jambu curian dari tetangga?” (AG dan penonton tertawa) “atau itu jambu tetangga yang tolong dijualkan kemudian hasilnya bagi dua atau bagaimana ya?”
(18) AG: “Saya bersyukur bahwa Allah menjaga track record-nya, haha, baik-baik saja. Memang orang tua sangat menekankan bahwa dari awal menjaga kehormatan dan harga diri ini dalam situasi seberat dan sesulit apapun tetap kehormatan harus dijaga. Jadi insya Allah jambu tetangga yang dijualkan.”
(19) AFY: “Bukan jambu curian. Haha. (AG mengangguk) Baik, juga jualan es lilin ya?”
(20) AG: “Ya supaya tidak nganggur kulkasnya, Pa.” (Penonton tertawa)
(21) AFY: “Pertanyaannya, Aa ini kan anak tentara pangkat letkol pula. Apa orang tua mengizinkan anaknya berjualan seperti itu?”
(22) AG: “Saya ingat waktu itu ayah saya pernah berkata, ‘Bapa mungkin tidak seperti ayah yang lain yang bisa memberikan harta yang banyak cukup, tapi ingin mewariskan satu hal yang bisa dijaga sampai akhir hayat yaitu kejujuran’ sehingga kalau didengar tekad kehormatan di pesantren tu, Pa, yang pertama didengungkan adalah ‘Kehormatan kami adalah menjadi muslim yang jujur dan terpercaya sampai mati.’ Nah begitulah, jadi daripada kita menghinakan diri dengan perbuatan tercela, berbuat apa saja yang halal. Kan didukung penuh oleh orang tua karena itu pengembangan karakter diri. Insya Allah.”
(23) AFY: “Jadi itu nilai-nilai yang ditanamkan pada Anda sejak kecil?”
(24) AG: “Ya, saya bersyukur memiliki orang tua yang memberikan kesempatan anaknya tertempa dalam situasi yang membuat berkembang kemampuan. Semoga Allah memuliakan ayah dan ibu saya. Amin.”
Penonton: “Amin.”
(25) AFY: “Jadi buku ini luar biasa. Di halaman dua puluh dua, seorang Aa Gym menceritakan tentang seorang adiknya bernama Agung Gung Martin. Agung Gung Martin ini lahir secara sempurna, normal pada awalnya. Kemudian ketika dewasa, dia semakin lemah dan pada akhirnya lumpuh. Tapi justru seorang adik inilah yang membuat Aa Gym seperti sekarang. Bisa cerita, A, apa sebenarnya yang diperbuat oleh Agung sehingga Anda begitu terinspirasi oleh dia?”
(26) AG: “Maaf,” (dengan muka sedih dan diam sebentar kemudian menghela nafas) “kami sekeluarga berempat. Saya paling besar diuji dengan kata orang kesuksesan, bisa meraih prestasi baik di kelas apalagi sewaktu kuliah katanya sempat jadi ketua senat, ya sedemikian rupa lah berbagai prestasi sehingga percaya diri amat. Pada waktu itu seakan sudah sukses. Ketika pulang ke rumah saya dapati adik saya sudah semakin lumpuh, tapi seperti melihat dunia baru yang membuat hati ini terpuruk terutama adik saya ini jarang sekali mengeluh. Kalau kuliah, kuliah juga beliau itu, Pa, di Unpad fakultas ekonomi, sehingga saya menggendongnya bergiliran dengan adik. Karena tulinya, telinganya sudah semakin tidak mendengar ‘De, kenapa masih memaksakan kuliah padahal telinganya sudah semakin tidak mendengar’ pake hearing egg lalu direkam. Beliau mengatakan ‘A, kuliah itu ibadah, saya belum tentu masih ada umur atau tidak tapi saya ingin menyempurnakan kewajiban saya’ Aduh, setiap katanya sederhana, tapi seperti intan permata yang menjadi cahaya karena ibadahnya bagus walaupun sudah sulit bernafas, tiap malam harus digoyang-goyang badannya. Saya tanya, ‘De, kenapa tidak pernah mengeluh?’ apa kata adik, ‘Untuk apa mengeluh, A? Allah sudah menciptakan semuanya dengan sempurna. Kalau orang lain bisa banyak amalnya dengan berbuat kebaikan, mudah-mudahan dengan bersabar ini saya bisa punya bekal pulang.’ Selalu saja membuka hati saya. Suatu saat adik saya pernah berkata begini sebelum meninggal, ‘Aa, sehebat apapun Aa punya, apa saja prestasi, Aa tidak akan bahagia sebelum Aa mengenal Allah yang menciptakan kita.’ Saya melihat adik ini kalau melihat ikan di akuarium selalu air matanya tu menangis” (sebagian besar penonton menitikan air mata) “‘Kenapa De?’ ‘Lihat A, betapa indahnya Allah menciptakan warna ikan ini.’ Dia bisa melihat sesuatu yang lebih indah dari apa yang bisa dilihat oleh mata ini. Rupanya mata hatinyalah yang bisa melihat. Dan akhirnya adik ini meninggal di pangkuan.”
(27) AFY: “Pada usia berapa?”
(28) AG: “Antara dua puluh satu saya selama bersama adik saya ini terbukalah hati bahwa prestasi-prestasi yang diraih hanya baru prestasi topeng. Di sanalah saya mengenal bahwa orang yang lebih muda bisa jauh lebih matang (suara tersendat) dan orang yang tubuhnya lumpuh yang kata orang cacat tapi hatinya bisa lebih bening. Jadi malu terhadap prestasi yang diraih selama ini.”
(29) AFY: “Jadi walaupun Agung itu adik Anda tapi ternyata dialah orang yang menginspirasi Anda?”
(30) AG: “Sangat menginspirasi.”
(31) AFY: “Yang memberikan nasihat-nasihat yang kemudian menjadikan itu panduan hidup Anda ke depannya” (AG mengangguk) “dan Anda menyebutnya titik balik dalam kehidupan Anda.”
(32) AG: “Benar. Salah satu di antara kuncinya adalah dengan adik ini. Saya waktu itu ibadahnya masih pas-pasan, tapi adik ini yang walaupun mau merangkak selalu mau ke mesjid walaupun digendong. Malem saya tertidur pulas, adik ini walaupun susah bangun, dia tahajud. Waktu itu saya sibuk mencari uang, dengan izin Allah adik ini sibuk membagi-bagikan rezeki yang ada. Jadi malu, Pa. Sepertinya yang dipikirkan hanya duniawi saja dan adik ini lebih mengenal Allah, lebih mengenal Nabi Muhammad jauh daripada saya. Sesudah itulah saya belajar banyak. Mudah-mudahan setiap ganjaran yang diperoleh dari amal kebajikan yang dilakukan pahalanya juga untuk adik ini. Insya Allah. Amin.”

Analisis Data
Dari keseluruhan data yang diteliti diperoleh dari kelima jenis sistem klasifikasi umum tindak tutur ilokusi terdapat empat tindak tutur yaitu representif, ekspresif, deklarasi, dan komisif.
Tindak tutur representatif ditemukan pada tuturan (8), (18), (22), dan (26). Tindak tutur representatif dituturkan oleh Aa Gym untuk menyatakan keyakinannya bahwa Allah Maha Kuasa. Hal itu tersurat dalam penggalan tuturan berikut.
(8) AG: “...’hidup mati saya memang dalam kekuasaan Allah, tapi saya punya tugas untuk menyempurnakan kewajiban saya melindungi diri saya’...”
(18) AG: “Saya bersyukur bahwa Allah menjaga track record-nya, haha, baik-baik saja...”
(22) AG: “...’Kehormatan kami adalah menjadi muslim yang jujur dan terpercaya sampai mati’...”
Melalui tuturan (8), (18), dan (22), Aa Gym meyakini bahwa Allah Swt memiliki kekuasaan atas segalanya namun manusia pun harus tetap berusaha dan Allah Swt selalu membimbing umatnya ke alan yang lurus. Aa Gym juga meyakini bahwa sebagai umat muslim kita harus menjaga kehormatan kita dengan senantiasa bersikap jujur dan menjaga amanah yang diberikan.
Tindak tutur representatif tuturan (26) dituturkan secara tidak langsung oleh Agung Gung Martin untuk menyatakan keyakinannya bahwa menuntut ilmu merupakan salah satu jalan bagi umat muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Hal itu tersurat dalam penggalan tuturan berikut.
(26) AG: “...Beliau mengatakan ‘A, kuliah itu ibadah, saya belum tentu masih ada umur atau tidak tapi saya ingin menyempurnakan kewajiban saya’...’”
Tindak tutur ekspresif ditemukan pada tuturan (26). Tindak tutur ekspresif dituturkan oleh Aa Gym untuk menyatakan kesedihan dan kekaguman. Hal itu tersurat dalam penggalan tuturan berikut.
 (26) AG: “Maaf,” (dengan muka sedih dan diam sebentar kemudian menghela nafas)...Aduh, setiap katanya sederhana, tapi seperti intan permata yang menjadi cahaya karena ibadahnya bagus walaupun sudah sulit bernafas, tiap malam harus digoyang-goyang badannya.” (dengan muka sedih dan diam sebentar kemudian menghela nafas)...”
Tuturan (26) merupakan ungkapan rasa kesedihan sekaligus kekaguman Aa Gym terhadap adiknya, Agung Gung Martin. Aa Gym sangat terinspirasi oleh adiknya karena dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Agung Gung Martin selalu berusaha mencari keridhoan Allah.
Tindak tutur deklarasi ditemukan pada tuturan (32). Tindak tutur deklarasi dituturkan oleh Aa Gym untuk menampilkan peran institusional khusus Aa Gym dalam konteks khusus, dalam menampilkan suatu deklarasi. Hal itu tersurat dalam penggalan tuturan berikut.
(32) AG: “...Sesudah itulah saya belajar banyak...”
Tuturan (32) merupakan deklarasi Aa Gym bahwa dirinya telah belajar banyak dari kehidupan adiknya, Agung Gung Martin, yang patang menyerah untuk berjalan lurus di jalan Allah. Hal itu merupakan titik balik dalam mengubah hidupnya jadi lebih baik dan religius seperti sekarang.
Tindak tutur komisf ditemukan pada tuturan (6). Tindak tutur komisif dituturkan oleh Aa Gym terdapat  penggalan tuturan berikut.
 (6) AG: “Rem menjadi lebih pakem, lebih sangat berhati-hati menjaga sikap. Mudah-mudahan isi yang di balik sorban ini lebih bagus daripada sorbannya. Amin.”
Tuturan (6) merupakan pernyataan Aa Gym bahwa dia akan menjaga sikap supaya baik sekarang maupun waktu yang akan datang, perilaku positif yang akan senantiasa dilakukannya. 
Perlokusi ditemukan pada tuturan (2), (4), (6), (8), (10), (12), (17), (19), (20), (26), dan (31). Tuturan perlokusi dituturkan oleh Aa Gym. Tuturan (2), (4), (6), dan (8) mengakibatkan pendengar tertawa dan bertepuk tangan karena Aa Gym menuturkan pengalaman dirinya dengan sebuah sorban. Tuturan itu yang dituturkan dengan diksi yang menarik dan jenaka namun sarat akan makna.
(2) Aa Gym (AG): “Bismillahirrahmanirrahim. Pada waktu pesantren dulu guru-guru menggunakan sorban dan ketika memulai dakwah rata-rata orang mengatakan wajah saya terlalu muda untuk berdakwah. Sorban ini membantu lebih tua sedikit.” (Penonton tertawa dan bertepuk tangan)
(4) AG: “Memang guru saya juga tidak seperti ini. Ngarang saja (AFY dan penonton tertawa) tetapi ada hikmahnya kalau sedang bersorban.”
(6) AG: “Rem menjadi lebih pakem, lebih sangat berhati-hati menjaga sikap. Mudah-mudahan isi yang di balik sorban ini lebih bagus daripada sorbannya. Amin.” (Penonton bertepuk tangan)
(8) AG: “Menarik waktu itu di sebuah desa di Jawa Timur, ada mobil yang menjemput dan saya bertanya, ‘Ada sabuk pengaman tidak ada?’ lalu beliau mengatakan, ‘kenapa harus takut, A? Bukankah selamat celaka itu ada dalam genggaman Allah?’ saya katakan, ‘Saya sependapat hidup mati saya memang dalam kekuasaan Allah, tapi saya punya tugas untuk menyempurnakan kewajiban saya melindungi diri saya.’ karena tidak ada maka saya buka sorban, iket ke kursi.” (Penonton tertawa dan bertepuk tangan) “Kalaupun saya ditakdirkan mati saat itu dengan cara apa saja mudah-mudahan di aherat tidak dituntut karena sudah berusaha menyempurnakan ikhtiar.” (Penonton bertepuk tangan)
Tuturan (10), (12), (17), (19), dan (20) mengakibatkan pendengar tertawa dan bertepuk tangan karena tuturan juga disampaikan dengan diksi yang menarik dan jenaka namun sarat makna. Tuturan itu dituturkan oleh Aa Gym mengenai pengalamannya berjualan dari masa taman kanak-kanak sampai masa awal pernikahan yang dipenuhi suka duka.
(10) AG: “Sebetulnya jualan baso itu ketika sesudah menikah, Pa. Dari TK tuh sudah jualan, jualan jambu tetangga.” (Penonton tertawa) “Maksudnya tetangga yang punya pohonnya. SMP juga selama sekolah jualan, SMA begitupun ketika ditakdirkan kuliah karena memang orang tua mendidik untuk mandiri. Walaupun rezekinya dicukupi tetapi selalu diingatkan untuk selalu siap mandiri dan inilah rezeki yang paling besar yaitu kita diberikan kesempatan mengembangkan enterpreseurship, kemampuan meng-create manfaat dalam situasi apapun yang manfaat.”  
(12) AG: “Jualan baso karena memang saya senang baso gitu.” (AG, AFY, dan Penonton tertawa) “Jadi memang waktu awal menikah itu memang kurang nyambung. Waktu kuliah itu elektro, Pa. Sesudah kuliah kena baso ya. Saya senang karena baso tu kelihatannya bisa membuat orang, waktu itu tren sekali baso, hanya jualannya waktu itu sekuat tenaga se-sar’i mungkin. Usaha baso saya kurang berkembang, Pa. Jadi ketika azan saya tingalkan basonya, yang mau bayar, bayar sendiri yang mau ngambil, nambah. Rupanya pembeli kita belum siap jualan seperti itu.” (AFY dan penonton tertawa) “Jadi  yang banyak datang yang konsultasi, Pa.” (AFY dan penonton tertawa) “Basonya semangkok, diamnya sejam dua jam dan sedih lagi, tapi itulah episode.”
(17) AFY: “Di sini juga diceritakan bahwa sebenarnya bagaimana seorang Aa Gym waktu SD itu jualan jambu. Yang tidak diceritakan itu jambu curian dari tetangga?” (AG dan penonton tertawa) “atau itu jambu tetangga yang tolong dijualkan kemudian hasilnya bagi dua atau bagaimana ya?”
(19) AFY: “Bukan jambu curian. Haha. (AG mengangguk) Baik, juga jualan es lilin ya?”
(20) AG: “Ya supaya tidak nganggur kulkasnya, Pa.” (Penonton tertawa)
Tuturan (26) dan (31) dituturkan Aa Gym yang mengakibatkan pendengar ikut merasakan kesedihan sampai sebagian dari mereka menitikkan air mata mendengar kisah Inspiratif Adik Aa Gym, Agung Gung Martin, yang pantang menyerah menjalani hidup dan selalu berusaha berjalan di jalan lurus-Nya. 
(26) AG: “Maaf,” (dengan muka sedih dan diam sebentar kemudian menghela nafas) “kami sekeluarga berempat. Saya paling besar diuji dengan kata orang kesuksesan, bisa meraih prestasi baik di kelas apalagi sewaktu kuliah katanya sempat jadi ketua senat, ya sedemikian rupa lah berbagai prestasi sehingga percaya diri amat. Pada waktu itu seakan sudah sukses. Ketika pulang ke rumah saya dapati adik saya sudah semakin lumpuh, tapi seperti melihat dunia baru yang membuat hati ini terpuruk terutama adik saya ini jarang sekali mengeluh. Kalau kuliah, kuliah juga beliau itu, Pa, di Unpad fakultas ekonomi, sehingga saya menggendongnya bergiliran dengan adik. Karena tulinya, telinganya sudah semakin tidak mendengar ‘De, kenapa masih memaksakan kuliah padahal telinganya sudah semakin tidak mendengar’ pake hearing egg lalu direkam. Beliau mengatakan ‘A, kuliah itu ibadah, saya belum tentu masih ada umur atau tidak tapi saya ingin menyempurnakan kewajiban saya’ Aduh, setiap katanya sederhana, tapi seperti intan permata yang menjadi cahaya karena ibadahnya bagus walaupun sudah sulit bernafas, tiap malam harus digoyang-goyang badannya. Saya tanya, ‘De, kenapa tidak pernah mengeluh?’ apa kata adik, ‘Untuk apa mengeluh, A? Allah sudah menciptakan semuanya dengan sempurna. Kalau orang lain bisa banyak amalnya dengan berbuat kebaikan, mudah-mudahan dengan bersabar ini saya bisa punya bekal pulang.’ Selalu saja membuka hati saya. Suatu saat adik saya pernah berkata begini sebelum meninggal, ‘Aa, sehebat apapun Aa punya, apa saja prestasi, Aa tidak akan bahagia sebelum Aa mengenal Allah yang menciptakan kita.’ Saya melihat adik ini kalau melihat ikan di akuarium selalu air matanya tu menangis” (sebagian besar penonton menitikan air mata) “‘Kenapa De?’ ‘Lihat A, betapa indahnya Allah menciptakan warna ikan ini.’ Dia bisa melihat sesuatu yang lebih indah dari apa yang bisa dilihat oleh mata ini. Rupanya mata hatinyalah yang bisa melihat. Dan akhirnya adik ini meninggal di pangkuan.”
(31) AFY: “Yang memberikan nasihat-nasihat yang kemudian menjadikan itu panduan hidup Anda ke depannya” (AG mengangguk) “dan Anda menyebutnya titik balik dalam kehidupan Anda.”
Penutup
Kesimpulan
Tuturan Aa Gym dalam acara Kick Andy episode Aa Gym Menjawab ditemukan empat jenis sistem klasifikasi umum Yule yaitu ekspresif, deklaratif, representatif, dan komisif. Tindak tutur deklarasi yang dituturkan oleh Aa Gym digunakan untuk menyatakan keyakinannya bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan manusia hanya bisa berusaha. Tindak tutur representatif yang dituturkan secara tidak langsung oleh Agung Gung Martin digunakan untuk menyatakan keyakinannya bahwa menuntut ilmu merupakan salah satu jalan bagi umat muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Tindak tutur ekspresif yang dituturkan oleh Aa Gym digunakan untuk menyatakan kesedihan dan kekaguman terhadap adiknya yang telah menjadi inspirasi dalam hidupnya. Tindak tutur komisif yang dituturkan Aa Gym digunakan untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang dengan menjaga sikap supaya perilaku positif akan senantiasa dilakukannya. Tindak tutur perlokusi yang dituturkan oleh Aa Gym mengakibatkan tindakan emosional pendengar. Mereka tertawa dan bertepuk tangan ketika mendengar pengalaman jenakanya dan menitikan air mata ketika pengalaman adiknya diuraikan Aa Gym.
Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa
Rekaman video acara Kick Andy dapat dijadikan media pembelajaran dalam jenjang Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Hasil analisis menunjukan bahwa banyak hikmah yang bermanfaat bagi pengembangan diri peserta didik. Peserta didik dapat mengambil hikmah positif dari pengalaman yang dialami Aa Gym.
Rekaman itu dapat digunakan dalam media keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Rekaman itu misalnya digunakan sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas XII program IPA/IPS dengan standar kompetensi memahami informasi dari berbagai laporan dan kompetensi dasar mengomentari berbagai laporan lisan dengan memberikan kritik dan saran.
Pustaka Acuan
Saputra, Ghamblang. 2010. “Klasifikasi Tindak Tutur”. [Online]. Tersedia:  http://ghamblang.blogspot.com/p/tutur-lokusi-ilokusi-dan-perlokusi.html [17Maret2011]
Wiryotinoyo, Mujiyono. 2006. Analisis Pragmatik dalam Penelitian Penggunaan Bahasa. Jurnal Bahasa dan Seni Mujiono.
Yule, George.2006. “Pragmatik”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar