Rabu, 11 Mei 2011

Pragmatik

Kajian Komunikasi Lintas Budaya: Tindak Tutur Permintaan Bahasa Melayu dalam Dialog Film Upin Dan Ipin

Annisa Fauziah
0807272

Abstrak
Seseorang akan melakukan tindakan meminta dengan berbagai cara tergantung dari situasi dan kondisi penutur. Jika penutur dalam situsi emosi marah akan berujar semaunya dan tidak perduli orang yang dihadapannya berkata apa. Sebaliknya jika penutur berada dalam situasi santai akan berujar dengan sopan dan menyenangkan sehingga orang yang diajak berbicara senang. Saat anda menonton acara dengan menggunakan bahasa yang berbeda dari kita berkemungkinan terjadinya salah pengertian. Dalam penelitian ini, kajian pragmatik tindak tutur permintaan akan menerangkan bagaimana tindak tutur permintaan bahasa Melayu dibandingkan dengan Bahasa Indonesia serta bagaimana sifat-sifat khas bahasa Melayu direalisasikan dalam kesopanan berbahasa pada tuturan permintaan.

Abstract
Someone will be do request by a variety ways depending on the situation and condition of speakers. If the speakers in angry emotional situation will said arbitrarily and do not care what people in front of him/her to say. Conversely, if speakers are in a relaxed situation will be said with a polite and pleasant person to talk so happy. When you watch the show by using a different language than we are likely to miscommunication. In this study, pragmatic study of speech act request will explain how the speech acts request Malay language as compared with Indonesian and how the unique properties realized in the decency of Malay language at the utterance request.

Kata Kunci: pragmatik, tindak tutur, permintaan, penutur, mitra tutur, Bahasa Melayu

Pendahuluan
Salah satu fungsi bahasa yaitu sebagai alat jalinan interaksi komunikasi antara pemberi tuturan dengan penerima tuturan (mitra tutur). Bahasa merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks. Saat terjadinya interaksi antara pemberi dan penerima tuturan berkemungkinan terjadi benturan-benturan yang menyebabkan perbedaan tuturan. Penyebab perbedaan tuturan dikarenakan beberapa faktor salah satunya tempat bahasa itu dipergunakan. Seseorang berkebangsaan China tidak mudah memahami tindak tutur yang dipergunakan oleh orang Melayu begitu pula sebaliknya. Perlu proses saling memahami antara penutur dan penerima tuturan (mitra tutur).
Dalam komunikasi, satu maksud atau satu fungsi dapat diungkapkan dengan berbagai bentuk/struktur. Salah satunya ketika melakukan “permintaan” kepada orang lain/mitra tutur, penutur dapat mengungkapkannya dengan kalimat yang menyatakan meminta, bertanya, menyapa, memberi informasi, mengacu ke orang ketiga, menawarkan, mengutip, mengutip, mengeluh, menggunakan kalimat pengandaian, dan menyindir.
Penelitian ini mencakup sifat-sifat bahasa Melayu yang ditransformasikan ke dalam bahasa Indonesia dan direalisasikan pada tuturan permintaan. Dasar pertimbangan dari penelitian ini dikarenakan salah satu peristiwa tutur yang menuntut adanya kemampuan yang baik dalam bertutur adalah pada saat melakukan permintaan. Penggunaan bahasa tentunya tidak terlepas dari penutur.
Setiap penutur berusaha berbicara dengan sopan. Pada saat melakukan permintaan pun penutur berusaha berbicara dengan sopan. Berkaitan dengan kebudayaan berbahasa pun terdapat norma-norma dalam bertutur. Norma-norma tuturan berkaitan dengan kesopanan dalam bertutur.
Tujuan dari penelitian ini agar dapat mengetahui apakah sifat Bahasa Melayu sama dengan Bahasa Indonesia, serta dapat mengetahui situasi percakapan yang mengungkapkan tindak tutur permintaan dalam Bahasa Melayu. Sehingga pada saat kita melihat tuturan yang terdapat dalam dialog Upin dan Ipin dengan menggunakan bahasa Melayu dengan mudah memahaminya serta kita dapat melihat bahwa situasi percakapan mempengaruhi tindak tutur penutur.
Terkait dengan tujuan yang telah disinggung sebelumnya penulis menghasilkan beberapa rumusan masalah dari penelitian yang akan diteliti. Pertama, apakah sifat atau karakteristik Bahasa Melayu yang dipergunakan dalam dialog film Upin dan Ipin sama dengan sifat atau karakteristik Bahasa Indonesia?. Kedua,apakah situasi dari penutur mempengaruhi tindak tuturan kepada mitra tutur?.
Landasan Teori
Selayang Pandang Pragmatik dan Komunikasi Lintas Budaya
Studi perbedaan-perbedaan harapan berdasarkan skemata budaya merupakan bagian dari ruang lingkup yang luas dan umumnya dikenal sebagai pragmatik lintas budaya. Untuk melihat bagaimana cara penutur menyusun makna berdasar budaya yang berbeda sesungguhnya memerlukan penilaian kembali secara lengkap dari segala sesuatu yang sebenarnya sudah kita pertimbangkan sampai di sini dalam survei ini. (Yule, 1996:150)
Studi tentang budaya cara bertutur yang berbeda disebut pragmatik konstrastif. Jika penelitian difokuskan secara lebih khusus pada tingkah laku komunikatif dari orang yang bukan penutur asli, sambil berusaha untuk berkomunikasi dalam bahasa kedua mereka, penelitian ini dideskripsikan sebagai pragmatik antar bahasa.
Sedangkan studi tentang komunikasi lintas budaya dimaknai sebagai  perbedaan komunikasi dan hubungannya dengan aspek budaya, khususnya konteks sosial dalam komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi lintas budaya, seorang penutur berharap agar maksud tuturannya dapat ditangkap dan mitra tutur bertutur dengan  strategi yang sopan dan tepat sesuai dengan pengetahuan budayanya (Barker, 2000). Dengan kata lain, setiap penutur dari budaya yang berbeda akan bertutur seirama dengan pemahaman budayanya. Misalnya, sebagaimana yang ditemukan penulis  dari berbagai literatur dalam bahasa Melayu bahwa bahasa Melayu bila berbicara diimplisitkan berbeda dengan bahasa Indonesia yang eksplisit dan dipahami dengan mudah, Bahasa Melayu lebih sederhana dan masih ada beberapa kosakata dari bahasa Inggris.
Permintaan dalam Konteks Indonesia
Permintaan merupakan perbuatan meminta, apa yang diminta. (KBBI, 2008:917). Dengan kata lain, maksud permintaan menjadi dasar penerima tuturan atau mitra tutur dalam bertindak. Oleh karena itu, sebuah permintaan dapat menyebabkan mitra tutur menjadi kehilangan muka karena mengurangi kebebasannya dalam bertindak (Brown and Levinson, 1987: 129).
Penutur akan kehilangan muka bila permintaanya ditolak dan mitra tutur akan kehilangan muka bila strategi tuturan yang ditujukan kepadanya tidak ‘pas’ atau terlepas dari konteks pembahasan yang dituturkan. Dengan demikian, agar peserta tutur tidak kehilangan muka dan  permintaan dipenuhi, seorang penutur harus menggunakan strategi yang ‘jitu’. Strategi berkaitan dengan cara atau ‘trik’ yang dipergunakan dalam melakukan permintaan. Misalnya, untuk meminta agar seseorang pengendara mobil yang memarkir kendaraan di depan pagar rumah anda, anda dapat menggunakan beberapa pilihan:
(1)   Permisi Mas, mobil anda menghalangi mobil saya yang mau lewat.
(2)   Maaf Mas, bisa dipindahkan mobilnya terlebih dahulu karena mobil saya mau lewat!.
(3)   Tolong ya mobil anda menghalangi mobil saya.
(4)   (membunyikan klakson mobil)
Ujaran (1)  sampai (4) mengandung satu maksud agar pengendara mobil memindahkan mobilnya dan tidak memarkir di depan pagar rumah, tetapi menggunakan cara yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Blum Kulka (1984) bahwa sebuah ujaran, untuk maksud yang sama, dapat disampaikan dengan cara yang berbeda. Dalam Teori Kepala Burung tentang strategi permintaan, Blum-Kulka mengemukakan sembilan strategi dalam meminta, yakni (1) tuturan bermodus imperatif, (2) tuturan performatif eksplisit, (3) tuturan berpagar, (4) tuturan preposisi keharusan, (5) tuturan menunjukkan kesangsian, (6) tuturan pengandaian bersyarat, (7) tuturan proposisi yang menggunakan impersona, (8) tuturan menyertakan alasan, (9) tuturan terselubung.
Kesembilan strategi ini juga ditemukan dalam permintaan berbahasa Indonesia, tetapi lebih variatif. Berdasarkan data yang ada, kevariatifan ini muncul akibat adanya kontak antarpenutur dari berbagai budaya daerah. Ketika melakukan permintaan, spesifikasi budaya daerah penutur dimasukkan, tetapi disesuaikan dengan budaya mitra tutur. Saat budaya daerah penutur Melayu disatukan dengan budaya daerah penutur Inggris tentunya terjadi kesilangan budaya yang tidak singkron dalam pemahaman makna.
Metodologi
Metodologi penelitian menjelaskan tentang proses penelitian yang akan dilaksanakan (Sutopo, 2006:178). Maryaeni, (2005: 58), metode merupakan suatu cara-cara atau strategi, untuk memahami realitas, yaitu langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Metode juga berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Metode merupakan cara yang ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang ditetapkan.
Teknik pengamatan pada penelitian ini digunakan untuk mengamati tindak tutur yang terjadi dalam dialog film Upin dan Ipin. Selain itu prosedur dari penelitian ini penulis melihat dan mendengarkan episode “Hari Raya bahagian 3” Upin dan Ipin baik melihatnya ditelevisi yang ditayangkan setiap hari di MNC TV pukul 17.00 dan merekamnya, serta mendownload di situs youtube.
Setelah mengamati tindak tutur bahasa Melayu dalam film Upin dan Ipin, penulis mencatat beberapa tindak tutur yang termasuk ke dalam tindak tutur permintaan. Fenomena kebahasaan tersebut berupa realita bahwa penutur bahasa Melayu cenderung berbahasa sesuai dengan tradisi latar belakang budayanya dan perwujudan tuturan dipengaruhi oleh perbedaan usia dan situasi dari penuturnya. Karena penggunaan bahasa tidak akan terlepas dari budaya penuturnya.
Deskripsi dan Analisis Data
Transkrip Data
·         Nur Fatimah sebagai Upin dan Ipin umur sekitar 10-15 tahun
·         Noor Edzdiani sebagai Kak Ros umur sekitar 25-30 tahun
·         Hj. Ainun sebagai Nenek umur sekitar 40-50 tahunar
·         Kannan sebagai Rajoo umur sekitar 10-15 tahun
·         YAr Ee Jean sebagai mei-mei umur sekitar 25-30 tahun
·         Moh Syami sebagai Ehsan umur sekitar 10-15 tahun
·         Ida Rahayu sebagai Fizi umur sekitar 15-20 tahun
1.        Upin n Ipin:
a.       (Malaysia) Amin!! Amin!!
b.      (Indonesia) Amin!! Amin!!
2.        Kak Ros:
a.       (Malaysia) dah.. Ayo balik!
b.      (Indonesia) Ayo kita pulang!
3.        Upin n Ipin:
a.       (Malaysia) kak cpetlah!
b.      (Indonesia)  kak ayolah!
4.        Upin:
a.       (Malaysia) oppa..
b.      (Indonesia) nenek…
5.        Nenek:
a.       (Malaysia) iye.. dah balik ndah?
b.      (Indonesia) ya… kalian sudah pulang, ya?
6.        Upin
a.       (Malaysia) cantik ni oppa hari ini. Kenape ya ipin?
b.      (Indonesia) nenek cantik sekali hari ini. Ada apa ya ipin?
7.        Ipin
a.       (Malaysia) kenape?
b.      (Indonesia) kenapa ya?
8.        Nenek
a.       (Malaysia) iyelah. Trimakasih. Pantas cucu oppa pintar.
b.      (Indonesia) baiklah. Terimakasih. Kalian memang pintar memuji.
9.        Nenek
a.       (Malaysia) mari kita keluar! (meminta)
b.      (Indonesia) ayo kita keluar!
10.   Upin n ipin
a.       (Malaysia) jem.. jem… jem…
b.      (Indonesia) ayo
11.  Upin
a.    (Malaysia) cepat-cepat oppa. Sini oppa
b.    (Indonesia) cepat kemari nek.
12.    Nenek
a.    (Malaysia) wah bersihnye rumah. Siape yang angka ni kemas ni (bertanya)
b.    (Indonesia) bersih sekalih rumah ini. Siapa kira-kira yang membersihkannya, ya?
13.    Upin
a.    (Malaysia) knapelah oppa ini? Kita orang yang kemas. (informasi)
b.    (Indonesia) kenapa nenek masih bertanya? Kami berdua yang membersihkannya.
14.    Upin
a.    (Malaysia) benar tak.
b.    (Indonesia) benar tidak.
15.    Kak Ros
a.    (Malaysia) Amboi2x…
b.    (Indonesia) Ya ampun
16.    Ipin
a.    (Malaysia) aka tolong sdikit (informasi)
b.    (Indonesia)  kakak juga bantu sedikit.
17.    Upin
a.    (Malaysia) oppa.. nanti jangan sakit lagi toh
b.    (Indonesia)  nenek nanti jangan sakit lagi, ya?
18.    Ipin
a.       (Malaysia) Tak serono agi oppa sakit. Sahut tak ada, buka puasa pun tak ada.
b.      (Indonesia)  Tidak seru kalau nenek sakit. Kalau sahur, nenek tidak ada, buka puasa pun tak ada.
19.    Ipin
a.       (Malaysia) kita orang makan dengan aka aja
b.       (Indonesia) kami hanya makan dengan kakak saja.
20.    Kak ros
a.       (Malaysia) jadi tak seronolah kalian makan dengan aka?
b.      (Indonesia)  jadi kalian tidak suka makan dengan kakak?

21.    Ipin
a.       (Malaysia) bukan tak serono… tapi kalau ada oppa, lagi serono
b.      (indo) bukan tidak suka… tapi kalau nenek ada, lebih menyenangkan.
22.    Nenek
a.       (Malaysia) oppa kan sudah tua. Sakit tuh pun datang tak bisa maksa. Jadi cucu oppa tetep doakan oppa supaya sehat (informasi)
b.      (indo) nenek kan sudah tua, sakit bisa datang kapan saja. Jadi kalian harus selalu mendoakan nenek agar nenek selalu sehat.
23.    Upin
a.       (Malaysia) baik oppa
b.      (indo) baiklah oppa
24.    Nenek
a.       (Malaysia) ndah. Mari kita makan.
b.      (indo) sudahlah, ayo kita makan.
25.    Upin
a.       (Malaysia) oppa2x makan ini oppa. Ini upin yang buat. Sedap. (menawarkan)
b.      (indo) nenek sebaiknya makan kue ini. Ini upin yang membuatnya. Rasanya pasti enak. ini
26.    Ipin
a.       (Malaysia) ini… ni lebih sedap. Ni ipin yang buat
b.      (indo) Ini juga lebih enak. Kalau yang ini. Ipin yang membuatnya.
27.    Upin
a.       (Malaysia) apa ni ipin?
b.      (indo) kau kenapa, ipin?
28.    Ipin
a.       (Malaysia) sedap kan ni?
b.      (indo) Ini enak, kan? 
29.    Upin
a.       (Malaysia) Makan yang ni saja oppa. Itu tak sedap. Dimakan lah oppa!
b.      (indo) Makan yang ini saja nek. Itu tidak enak. Ayo dimakan nek!

30.     Kak ros
a.    (Malaysia) oppa, ni saja yang ada. Kami tak sempat buat ketupat.
b.    (Indonesia) nek, hanya kue ini saja yang ada. Kami tidak sempat membuat ketupat.
31.     Nenek
a.    (Malaysia) tak pa. syukur ajalah. Ini pun cukup.
b.    (Indonesia) tidak apa2x. bersyukur saja. Ini juga sudah lebih dari cukup.
32.     Upin
a.    (Malaysia) betul. Ketupat tak da tak pa.
b.    (Indonesia) benar, ketupat tidak ada tidak masalah. Asal nenek selalu ada.
33.     Ipin
a.    (Malaysia) asal oppa slalu ada.
b.    (Indonesia) asal nenek selalu ada.
34.     Nenek
a.    (Malaysia) sayang cucu oppa
b.    (Indonesia) nenek saying pada kalian
35.     Memey
a.    (Malaysia) Assalamualaikum
b.    (Indonesia) Assalamualaikum
36.     Kak ros
a.    (Malaysia) Wa’alaikumsalam
b.    (Indonesia) Waalaikumsalam
37.     Memey
a.    (Malaysia)) hai kak ros.
b.    (Indonesia)) hai kak ros
38.     Kak ros
a.    (Malaysia) awalnya. Masuklah. Upin ipin kawan2x kalian dh dtg.
b.    (Indonesia) cepat sekali. Mari silahkan masuk.. upin ipin teman-teman kalian sudah datang.
39.     Upin
a.    (Malaysia) hai
b.    (Indonesia) hai
40.     Tman2x
a.    (Malaysia) hai
b.    (Indonesia) hai
41.     Mail
a.    (Malaysia) oppa pada sehat.
b.    (Indonesia) nenek kalian sudah sembuh?
42.     Upin
a.    (Malaysia) dah
b.    (Indonesia) sudah
43.     Mail
a.    (Malaysia) Alhamdulillah.  Nah ambil ini. Mak ku yang beri.
b.    (Indonesia)  Alhamdulillah.  Terima ini. Ini pemberian ibuku. Ini pemberian ibuku.
44.     Ipin
a.    (Malaysia) sedapnya. Trimakasih, mail
b.    (Indonesia)  lezat sekali. Terimakasih, mail.
45.     Upin
a.    (Malaysia) makan yang kenyang.
b.    (Indonesia)  makan yang kenyang ya.
46.     Ipin
a.    (Malaysia) Aku yang bantu kak ros. Smua ni aku yg bersih. Bersihkan?
b.    (Indonesia)  Aku yang membantu kak ros membuat kue. Semua barang yang disini aku yang bersihkan. Bersihkan?
47.     Nenek
a.    (Malaysia) ros, tolong ambil duit dalam laci. cepatnya
b.    (Indonesia) Ayo dimakan. Ros, tolong ambilkan uang nenek di dalam laci. Cepat sekali.
48.     Kak Ros
a.    (Malaysia) nah oppa.
b.    (Indonesia) ini nek
49.     Nenek
a.    (Malaysia) siapa lagi yg tak dapat?
b.    (Indonesia)  siapa lagi yang belum dapat?
50.     Mey2x
a.    (Malaysia) saya2x…
b.    (Indonesia) aku, nek
51.     Fizi
a.    (Malaysia) kau kan dah dapatlah?
b.    (Indonesia)  kau kan sudah dapat?
52.     Mei-mei
a.    (Malaysia)  bukan say amah ambil buat susanti
b.    (Indonesia) bukan untukku, aku mau mengambil uang buat susanti
53.     Nenek
a.    (Malaysia) kenapa susanti tak dating sekali?
b.    (Indonesia)  kenapasusanti tidak ikut ke sini?
54.     Ipin
a.    (Malaysia) die balik kampong, oppa.
b.    (Indonesia)  dia pulang kampong, nek.
55.     Upin
a.    (Malaysia) bagaimane dia hari raya di sana ya?
b.    (Indonesia)  bagaimana dia berlebaran di sana ya?
56.     Nenek
a.    (Malaysia)  marilah telepon dia
b.    (Indonesia)  cepat telepon dia dan Tanya kabarnya.
57.     Kak ros
a.    (Malaysia)
b.    (Indonesia)  tunggu dulu. Gunakan ini, biar kalian bias bicara sepuasnya dengan Susanti.
58.     Upin
a.       (Malaysia)
b.      (Indonesia)  terimakasih kak
59.     Semua
a.    (Malaysia) selamat hari raya Susanti
b.    (Indonesia)  selamat hari lebaran susanti.

Analisis Data
Berikut Analisis kutipan percakapan di dalam film Upin dan Ipin yang termasuk dalam analisis permintaan:
1.        Meminta, maksud permintaan tergambar jelas dari ujaran  yang digunakan (biasanya menggunakan kalimat imperatif).
Percakapan 1
Episode                            : Hari Raya
Lokasi Percakapan           : Makam
Situasi Percakapan           : Khusuk
1)        Kak Ros
(ditututrkan oleh Noor Edzdiani sebagai Kak Ros umur sekitar 25-30 tahun berasal dari Malaysia)
a.    (Malaysia) dah.. Ayo balik!
b.    (Indonesia) Ayo kita pulang!
2)        Upin n Ipin
(ditututrkan oleh Nur Fatimah sebagai Upin dan Ipin umur sekitar 10-15 tahun)
a.    (Malaysia) kak cpetlah!
b.    (Indonesia)  kak ayolah!
Percakapan (1) dan (2) yang terjadi di makam orangtua mereka menunjukan permintaan untuk meminta kepada mitra tutur, sesuai dengan kata- katanya pada percakapan (1) bahwa Kak Ros meminta kepada upin dan ipin untuk segera pulang. Begitu pula pada percakapan (2) upin dan ipin meminta pada Kak Ros agar jalannya dipercepat.
2.        Bertanya,  permintaan dilakukan dengan cara bertanya.
Percakapan 2
Episode                            : Hari Raya
Lokasi Percakapan           : Kamar Nenek dan Ruang Tamu
Situasi Percakapan           : di kamar Neneng sedang terburu-buru. Di ruang tamu Santai.
3)        Nenek
(ditututrkan oleh Hj. Ainun sebagai Nenek umurnya sekitar 40-50 tahun berasal dari Malaysia)
a.       (Malaysia) iye.. dah balik ndah?
b.      (Indonesia) ya… kalian sudah pulang, ya?
4)        Mail
a.       (Malaysia) oppa pada sehat.
b.      (Indonesia) nenek kalian sudah sembuh?
5)        Nenek
(ditututrkan oleh Hj. Ainun sebagai Nenek umurnya sekitar 40-50 tahun berasal dari Malaysia)
a.       (Malaysia) siapa lagi yg tak dapat?
b.      (Indonesia) siapa lagi yang belum dapat?
Percakapan (3), (4), dan (5) menunjukan permintaan untuk bertanya kepada mitra tutur, sesuai dengan kata-katanya pada percakapan (3) terjadi di kamar Nenek, Nenek bertanya apakah Upin, Ipin, dan Kak Ros sudah pulang?. Percakapan (4) terjadi di ruang tamu pada saat Upin dan Ipin menyambut kedatangan teman-temanya, Mail bertanya pada Upin dan Ipin tentang keadaan neneknya. Percakapan (6) terjadi di Ruang tamu pada saat Nenek membagikan uang raya/uang lebaran pada mereka dan bertanya siapa yang belum dapat uang raya.
3.        Menyapa, permintaan dengan memanggil nama diri, mengucapkan salam, atau menggunakan interjeksi.
Percakapan 3
Episode                            : Hari Raya
Lokasi Percakapan           : Kamar Nenek dan Halaman Rumah
Situasi Percakapan           : di kamar Nenek sedang mencari-cari. Di halaman depan menunggu kedatangan orang rumah
6)        Upin:
(ditututrkan oleh Nur Fatimah sebagai Upin dan Ipin umur sekitar 10-15 tahun)
a.       (Malaysia) oppa…
b.      (Indonesia) nenek…
7)        Mei-Mei
(ditututrkan oleh YAr Ee Jean sebagai Mei-Mei umur sekitar 10-15 tahun)
a.       (Malaysia) Assalamualaikum
b.      (Indonesia) Assalamualaikum
8)        Mei-Mei
(ditututrkan oleh YAr Ee Jean sebagai Mei-Mei umur sekitar 10-15 tahun)
a.       (Malaysia) hai kak ros.
b.      (Indonesia) hai kak ros
Percakapan (6), (7), dan (8) menunjukan permintaan untuk menyapa kepada mitra tutur, sesuai dengan kata-katanya pada percakapan (6) terjadi di kamar Nenek, Upin dan Ipin menyapa Neneknya yang sedang mengenakan ciput. Percakapan (7) dan (8) terjadi di halaman rumah, Mei-mei menyapa pada orang rumah agar diizinkan masuk.
4.        Memberi informasi, yaitu permintaan yang dilakukan dengan hanya memberikan informasi.
Percakapan 4
Episode                            : Hari Raya
Lokasi Percakapan           : Ruang Tamu
Situasi Percakapan           : berusaha meyakinkan mitra tutur
9)        Upin
(ditututrkan oleh Nur Fatimah sebagai Upin dan Ipin umur sekitar 10-15 tahun)
c.    (Malaysia) knapelah oppa ini? Kita orang yang kemas.
d.   (Indonesia) kenapa nenek masih bertanya? Kami berdua yang membersihkannya.
10)    Nenek
(ditututrkan oleh Hj. Ainun sebagai Nenek umurnya sekitar 40-50 tahun berasal dari Malaysia)
a.    (Malaysia) oppa kan sudah tua. Sakit tuh pun datang tak bisa maksa.
b.    (Indonesia) nenek kan sudah tua, sakit bisa datang kapan saja.
Percakapan (9) dan (10) terjadi di ruang tamu dan menunjukan permintaan untuk memberi informasi kepada mitra tutur, sesuai dengan kata-katanya pada percakapan (9) Upin menginformasikan pada neneknya bahwa yang membersihkan ruangan mereka berdua. Percakapan (10), nenek menginformasikan pada upin dan ipin bahwa orang yang sudah tua sakitnya bisa datang kapan saja.
5.        Memberi saran, yaitu permintaan yang dilakukan dengan memberi masukan atau saran.
Permintaan yang bersifat menyarankan tidak terdapat dalam episode hari raya.
6.        Mengacu ke Orang Ketiga, yaitu permintaan yang dilakukan dengan mengacukan ujaran kepada orang ketiga yang hadir dalam peristiwa tutur.
Percakapan 5
Episode                            : Hari Raya
Lokasi Percakapan           : Ruang Makan
Situasi Percakapan           : memohon pada O3
11)    Upin
(ditututrkan oleh Nur Fatimah sebagai Upin dan Ipin umur sekitar 10-15 tahun)
a.    (Malaysia) oppa.. nanti jangan sakit lagi toh (mengacu ke orang ke tiga)
b.    (Indonesia) nenek nanti jangan sakit lagi, ya?
12)    Ipin
(ditututrkan oleh Nur Fatimah sebagai Upin dan Ipin umur sekitar 10-15 tahun)
a.    (Malaysia) kita orang makan dengan aka aja (mengacu ke orang ketiga)
b.    (Indoneisa) kami hanya makan dengan kakak saja.
Percakapan (11) dan (12) ditunjukan kepada O3 yaitu Nenek Upin dan Ipin dengan bermaksud  agar Nenek mereka tidak sakit lagi.
7.        Menawarkan, yaitu permintaan yang dilakukan dengan memberikan tawaran.
Percakapan 6
Episode                            : Hari Raya
Lokasi Percakapan           : Ruang Tamu
Situasi Percakapan           : berusaha menawarkan
13)    Upin
(ditututrkan oleh Nur Fatimah sebagai Upin dan Ipin umur sekitar 10-15 tahun)
a.    (Malaysia) oppa… oppa makan ini oppa. Ini upin yang buat. Sedap.
b.    (Indonesia) nenek sebaiknya makan kue ini. Ini upin yang membuatnya. Rasanya pasti enak. ini
14)    Ipin
(ditututrkan oleh Nur Fatimah sebagai Upin dan Ipin umur sekitar 10-15 tahun)
a.    (Malaysia) ini… ni lebih sedap. Ni ipin yang buat
b.    (Indonesia) Ini juga lebih enak. Kalau yang ini. Ipin yang membuatnya.
Pecakapan (13) dan (14) bermaksud meminta sekaligus menawarkan kue bikinan Upin dan Ipin.
8.        Mengutip, yaitu permintaan yang dilakukan dengan melakukan kutipan langsung atas ujaran orang lain.
Pada permintaan yang bersifat mengutip tidak terdapat dalam episode hari raya.
9.        Mengeluh,  yaitu permintaan yang disampaikan dengan cara menyampaikan keluhan. Biasanya  didahului oleh interjeksi aduh  atau kata tanya bagaimana ya.
Pada permintaan yang bersifat mengeluh tidak terdapat dalam episode hari raya.
10.    Menggunakan Kalimat Pengandaian, yaitu permintaan yang dilakukan dengan menggunakan kalimat pengandaian (if clause).
Pada permintaan yang bersifat mengeluh tidak terdapat dalam episode hari raya.
11.    Menyindir, yaitu permintaan yang dilakukan dengan memberikan kritikan secara tidak langsung.
Percakapan 7
Episode                            : Hari Raya
Lokasi Percakapan           : Ruang Tamu
Situasi Percakapan           : menegaskan
15)    Fizi
(ditututrkan oleh Ida Rahayu sebagai Fizi umur sekitar 20-25 tahun)
a.    (malay) kau kan sudah dapet?
b.    (indo) kau kan sudah dapat?
Pecakapan (15) menunjukan menyindir mei-mei yang sudah dibagi uang raya.
Keterbatasan mitra tutur dalam bertindak akan semakin jelas bila bentuk tuturan yang dipilih tidak tepat, apalagi bila ditujukan terhadap mitra tutur yang berlatar belakang budaya berbeda. Hal ini dapat menimbulkan tejadinya konflik karena bisa jadi dalam suatu budaya sebuah permintaan dianggap lazim, sementara budaya lain menilainya sangat tidak diperbolehkan. Misalnya, pada saat mail menyerahkan ketupat kepada Upin dan Ipin ketika kita menilainya terdapat ketidakikhlasan dalam diri Mail saat memberikan ketupatnya. Padahal karakteristik Mail memang menampakkan muka cemberut. Kemudian pada saat nenek meminta Kak Ros mengambilkan uang di laci, anak-anak langsung berjejer di hadapan oppa menanti kedatangan uang raya.
Untuk meminimalisir kehilangan muka mitra tutur  dalam tindak tutur permintaan, diperlukan strategi yang tepat (Felix-Brasdefer, 2005:66). Strategi itu dapat dilihat dari cara yang digunakan atau pun langkah-langkah yang dipilih sehingga maksud permintaan ditangkap oleh mitra tutur.
Penutup
Kesimpulan
Kajian pragmatik lintas budaya sangat luas kajiannya. Penelitian ini mengacu pada komunikasi lintas budaya dalam analisis tindak tutur permintaan. Ada sebelas strategi tuturan permintaan lintas budaya yang dilakukan dalam bahasa Indonesia, yaitu  (1) meminta, (2) bertanya, (3) menyapa, (4) memberi informasi, (5) menasihati, (6) mengacu ke Ketiga, (7) menawarkan, (8) mengutip, (9) mengeluh, (10) menggunakan if clause (pengandaian), dan (11) memberi komentar.
Jika kita sering menonton film upin dan ipin dapat disimpulkan bahwa bahasa Melayu bersifat sederhana dan mudah mendapat pengaruh dari luar. Contoh pada episode menemukan kucing kata selamat tinggal menjadi “bye”. Memiliki sistem yang lebih mudah dibandingkan bahasa Jawa.
Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa
Kajian komunikasi Lintas Budaya memperkaya wawasan bagi pembelajar tentang khasanah bahasa lainnya khususnya satu rumpun. Selain memperkaya khasanah bahasa lainnya kajian bisa digunakan dalam materi pembelajaran pada aspek mendengarkan. Aplikasi pada aspek mendengarkan pembelajar bahasa diminta mendengarkan dialog film Upin dan Ipin kemudian mencatat jalan cerita yang terdapat dalam dialog tersebut. Sebagai seorang pembelajar bahasa tidak hanya dapat memahami satu bahasa saja. 
Pustaka Acuan
Anonim. Asal Usul Bahasa Melayu. [online] Tersedia: http://www.tutor.com.my/stpm/asal_usul_bahasa/asal_usul_bahasa_melayu.htm
Barker, Chris.  Cultural Studies, Theory and Practice. Terjemahan Nurhadi. London: Sage Publications
Brown, Penelop and Stephen Levinson. 1987. ‘Universal in Language Usage:Politeness Phenomena’. Dalam Esther N. Goody. Ed. ‘Questions and Politeness:Strategies in Social Interaction. Cambridge:Cambridge University Press
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nandar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Revita, Ike.Strategi Permintaan Dalam Bahasa Indonesia (Kajian Komunikasi Lintas Budaya. [Online] Tersedia: http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://repository.unand.ac.id/2389/1/MAkalah_Austronesia_Bali.doc
Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar