Rabu, 11 Mei 2011

Pragmatik

Penelitian Tindak Tutur Lokusi Ruhut Sitompul dalam Rapat  Pansus Century
Ewith Sitohang
0808243
Abstrak
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi kehidupan kita. Penyampaian pesan dari diri sendiri kepada orang lain atau sebaliknya. Bahasa juga alat penyatu bagi bangsa.  Komunikasi bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat disebut hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tu­tur. Tindak tutur merupakan analisis pragmatik. Sebelum bertutur kita harus memperhatikan pemilihan kata supaya tidak terjadi kesalah pahaman antara penutur dan lawan tutur. Seperti dalam “Rapat Pansus Century”. Penggalan transkrip ini terdapat nilai-nilai moral dan nilai sosial. Dalam rapat pansus century ini terdapat tuturan-tuturan menarik yang dapat ditelaah secara pragmatik. Tuturan yang mungkin maksudnya bagus tetapi ditanggapi tidak bagus mengakibatkan kesalahpahaman dan ketidaknyamanan.
Abstract
Language is a communication tool for our lives. Submission of a message from yourself to others or vice versa. Language is also a tool for unifying the nation. Communication is not just a symbol, word or sentence, but would be more accurately described the results of the symbol, word or phrase that tangible action behavior. Speech act is a pragmatic analysis. Before you speak we must consider the choice of words so that no misunderstandings occur between speakers and opponents said. As in the "Special Committee Meeting of the Century". This transcript contained a fragment of moral values ​​and social values. In this century there are special committee meeting of speech-speech that can be explored in interesting pragmatic. Utterances which may mean good but not good response resulting in misunderstanding and inconvenience.
Kata Kunci:  Pragmatik, lokusi, ilokusi, perlokusi,  naratif, deskriptif, informatif,
Pendahuluan
Bangkrutnya Bank Century mengakibatkan banyak kecurigaan di masyarakat. Ada pihak-pihak yang terlibat yang mengakibatkan jatuhnya Bank Century. Banyak yang berpendapat bangkrutnya Bank Century itu dikarenakan untuk kepentingan politik pihak tertentu. Untuk menyelesaikan masalah ini diadakan “Rapat Pansus Century”.
Ketika rapat dimulai sudah terjadi ketidaknyamanan dalam rapat tersebut. Dimana dalam rapat kasus Pansus Century terdapat kata-kata yang berpengaruh atau berdampak negatif terhadap lawan tutur. Mengakibatkan ketidaknyamanan antara saudara dan membuat rapat tidak fokus. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik meneliti tindak tutur Ruhut Sitompul dalam rapat pansus Century. Ruhut Sitompul tidak asing lagi bagi kita. Dia seorang pengacara terkenal, Politisi dan pemain sinetron. Saya sangat tertarik untuk meneliti tindak tuturnya karena cara bicaranya yang tegas dan lantang serta dialeknya yang khas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur Ruhut Sitompul dalam rapat Pansus Century.
            Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah tindak tutur lokusi dari Ruhut Sitompul dalam rapat Pansus Century berdampak negatif terhadap lawan tutur dan masyarakat?
Landasan Teori
Menurut George Yule, tuturan mengandung 3 tindak yang saling berhubungan yaitu tindak lokusi (tindak dasar tuturan), ilokusi (komunikatif suatu tuturan), perlokusi (akibat). Lokusi berarti menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna.
J.L Austin (Dalam Tarigan, 1994 : 109) dalam bukunya yang berjudul “How to do things with words” telah membedakan tiga jenis tindak tutur, yaitu : (1) tindak lokusi (melakukan tindakan untuk menyatakan sesuatu), (2) tindak ilokusi (melakukan suatu tindakan dalam menyatakan sesuatu), (3) tindak perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu). Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya. Berdasarkan hal ini maka tindak lokusi terbagi menjadi tiga tipe, yaitu :
1.        Naratif
Naratif dapat diartikan sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu keadaan waktu. Naratif adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca atau mitra tutur suatu peristiwa yang telah terjadi . naratif hanya berusaha menjawab suatu pertanyaan “Apa yang telah terjadi?” (Keraf dalam Setiawan, 2005 : 20)
2.        Deskriptif
Keraf ( Dalam Setiawan, 2005 : 20) mendefinisikan deskriptif sebagai suatu bentuk wacana yang bertalian dengan usaha perincian dari obyek-obyeknya yang direncanakan, penutur memudahkan pesan-pesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaan kepada mitra tutur, penutur menyampaian sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada obyek tertentu.
3.        Informatif
Kridalaksana (dalam Setiawan, 2005 : 21) mendefinisikan informative sebagai bentuk wacana yang mengandung makna yang sedemikian rupa sehingga pendengar atau mitra tutur menangkap amanat yang hendak disampaikan. Tindak informative selalu berhubungan dengan makna referensi yaitu makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar angkasa (obyek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen (Kridalaksana dalam Setiawan, 2005 : 21)
Wijana (Dalam Setiawan, 2005 : 18-19) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur untuk meyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut The Act of Saying Something. Konsep lokusi adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai suatu satuan yang terdiri atas dua unsur, yakni subjek atau topik dan predikat atau comment yang relative paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tertuturnya tercakup dalam situasi tutur. Sehubungan dengan tindak lokusi, Leech (dalam Setiawan, 2005 : 19) memberikan rumus tindak lokusi. Bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur menuturkan kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan dengan suatu makna dan acuan tertentu.
Menurut Kurniawan tindak Ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Sebagai contoh pada kalimat berikut:
(3) Yuli sudah seminar proposal skripsi kemarin. (4) Santoso sedang sakit.
Kalimat (3) jika diucapkan kepada seorang mahasiswa semester XII, bukan hanya Sekadar memberikan informasi saja akan tetapi juga melakukan sesuatu, yaitu memberikan dorongan agar mahasis­wa tadi segera mengerjakan skripsinya. Sedangkan kalimat (4) jika diucapkan kepada temannya yang menghidupkan radio dengan volume tinggi, berarti bukan saja sebagai informasi te­api juga untuk menyuruh agar mengecilkan volume atau mematikan radionya. Tindak ilokusi sangat sulit diidentifikasi ka­rena terlebih daihuhi harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya.
Metodologi Penelitian
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa langkah, yakni penulis mengambil data dari youtube “Video Rapat Pansus Century” , dan penulis menonton video tersebut. Kemudian hasil video itu ditranskrip. Tanskrip data itu dianalisis, untuk menentukan ujaran yang termasuk lokusi. Tindak tutur lokusi diklasifikasikan lagi berdasarkan tipe lokusi. Kesimpulan diambil dari hasil temuan penulis mengenai lokusi dalam rapat Pansus Century dan juga hasil dari pendapat responden
Deskripsi dan Analisis data
Transkrip data
Penggalan percakapan Rapat Pansus Century.
Dalam rapat kasus Pansus Century, Ruhut Sitompul mendapat teguran keras dari sejumlah anggota pansus yang merasa keberatan dengan sikap Ruhut dalam bertanya kepada Yusuf kalla dengan sebutan Daeng yang dinilai bernuansa SARA. Teguran keras dari anggota Pansus mendapat reaksi dari Ruhut Sitompul.
Ruhut Sitompul           : Pertanyaan ini saya rasa tanyakan kepada Miranda Gultom. “Bu, jangan begitu dong bu?” Kata Pak Anwar Nasution BI sarangnya perampok, penyamun! Dipertegas sama Bung Yani, dibilang juga kaitan sistemik. Ibu Miranda saya bangga, dia cukup jawab “ dek, saya yang merasakan waktu peristiwa itu, mereka bukan disitu lagi.”
Dan kaitan saya ingin tambahkan Pak, apapun disinilah kami Partai demokrat. Kita ingin kewaspadaan, kenapa kewaspadaan? Dikaitkan dengan peristiwa 1997-1998 jatuhnya Partai Golkar apa yang terjadi pada waktu itu kita tidak mau 2008 kejadian lagi. Pak inilah yang dinamakan kewaspadaan. Apabila 2 pahlawan ekonomi Prof Budiono, Ibu Mulyani tidak melakukan langkah ini, kejadian lagi 1998. Trimakasih pimpinan.
Intruksi                        : Saya mohon Pak nanti dalam penyampaian berikutnya, teman-teman jangan menyebut Partai lain, karena kita juga Partai Golkar tidak pernah menyebut Partai-partai lain. Jadi sebut apa yang menjadi karena tugas kita di Pansusu supaya kita fokus.
Akbar Faisal    : Pimpinan intruksi juga, ini juga sekaligus, sekalian kalau tadi partai karena kita bernama Bangsa Indonesia, kalau bisa dihindarilah menyebut ikon-ikon sebuah budaya. Yang barangkali maksudnya bagus, tetapi ditanggapi dengan tidak bagus bisa membuat sesuatu yang tidak nyaman lagi antara kita bersaudara sebagai sebuah bangsa. Penyebutan kata Daeng itu berhubungan dengan bangsa, sebuah suku Indonesia.
Anggota pansus          : Saya setuju saudara Akbar, saya orang Bugis, saya agak tersinggung dengan pernyataan Pak Ruhut yang menyebutkan kata Daeng. Kali ini saya tersinggung Pak Ruhut! Saya agak tersinggung betul ini!
Ruhut Sitompul           : Saya ini kader Golkar, kami selalu memanggil Bapak Daeng.
Intruksi                        : Intruksi dulu!
Ruhut Sitompul           : Bos, sebentar dong! Diam dulu, nanti anda, saya jelaskan dulu!
Intruksi                        : Ruhut !  Ruhut!
Saya belum berikan izin untuk saudara untuk menjelaskan. Saudara jangan menyolonong juga! Semua intruksi, semua penjelasan harus lewat meja pimpinan. Itu hakika!
Ruhut Sitompul           : Terimakasih pimpinan.
Analisis Data
Berdasarkan trankrip data tersebut yang termasuk tindak tutur lokusi adalah (1) Kata Pak Anwar Nasution BI sarangnya perampok, penyamun!, (2) dek, saya yang merasakan waktu peristiwa itu, mereka bukan disitu lagi, (3) Dikaitkan dengan peristiwa 1997-1998 jatuhnya Partai Golkar apa yang terjadi pada waktu itu kita tidak mau 2008 kejadian lagi, (4)Trimakasih pimpinan, (5) teman-teman jangan menyebut Partai lain, karena kita juga Partai Golkar tidak pernah menyebut Partai-partai lain, (6) Pimpinan intruksi juga, ini juga sekaligus, sekalian kalau tadi partai karena kita bernama Bangsa Indonesia, kalau bisa dihindarilah menyebut ikon-ikon sebuah budaya. Yang barangkali maksudnya bagus, tetapi ditanggapi dengan tidak bagus bisa membuat sesuatu yang tidak nyaman lagi antara kita bersaudara sebagai sebuah bangsa. Penyebutan kata Daeng itu berhubungan dengan bangsa, sebuah suku Indonesia. (7) Saya setuju saudara Akbar, saya orang Bugis, saya agak tersinggung dengan pernyataan Pak Ruhut yang menyebutkan kata Daeng, (8) kami selalu memanggil Bapak Daeng, (9)  Saya belum berikan izin untuk saudara untuk menjelaskan. Saudara jangan menyolonong juga! Semua intruksi, semua penjelasan harus lewat meja pimpinan. Itu hakika!
            Tuturan lokusi berdasarkan tipenya. Tipe naratif, terdapat pada tuturan; Kita ingin kewaspadaan, kenapa kewaspadaan? Dikaitkan dengan peristiwa 1997-1998 jatuhnya Partai Golkar apa yang terjadi pada waktu itu kita tidak mau 2008 kejadian lagi. Dalam dialog yang diucapkan oleh Ruhut Sitompul terdapat unsur untuk menyampaikan maksud bahwa Ruhut tidak mau kejadian lagi peristiwa jatuhnya Partai Golkar 1998. Berusaha menggambarkan kepada pendengar suatu peristiwa.
            Tipe deskritif, terdapat pada tuturan; Karena kita bernama Bangsa Indonesia, kalau bisa dihindarilah menyebut ikon-ikon sebuah budaya. Yang barangkali maksudnya bagus, tetapi ditanggapi dengan tidak bagus bisa membuat sesuatu yang tidak nyaman lagi antara kita bersaudara sebagai sebuah bangsa. Penyebutan kata Daeng itu berhubungan dengan bangsa, sebuah suku Indonesia. Dialog yang diucapakan Akbar faisal untuk menyampaikan kepada pendengar bahwa dalam rapat itu jangan menyebut ikon-ikon budaya.
                Tipe Informatif, terdapat tindak tutur;  Apabila 2 pahlawan ekonomi Prof Budiono, Ibu Mulyani tidak melakukan langkah ini, kejadian lagi 1998. Maksud dari dialog Ruhut untuk menyampaikan informasi berupa pesan bahwa jika Prof Budiono dan Ibu Mulyani tidak melakukan langkah tersebut maka akan kejadian lagi 1998 yaitu masalah ekonomi Negara.
Pendapat Responden
Penulis meminta dua responden untuk membaca penggalan dialog rapat Pansus Century. Responden diminta pendapatnya mengenai isi transkrip data ini, terutama tindak tutur Ruhut Sitompul.
1.                  Rebeca Anrini Sianturi, seorang mahasiswi berusia 19 tahun. Rebeca juga pernah menonton kasus Pansus Century ini. Setelah membaca trankrip tersebut, dia berpendapat bahwa tindak tutur Ruhut yang menyebut partai-partai lain, itu tidak bagus karena pihak yang merasa partainya disebut-sebut akan tersinggung dan merasa tidak nyaman.
2.                  Delly Yohanna, seorang mahasiswi berusia 21 tahun, setelah membaca traskrip tersebut, dia berpendapat bahwa tindak tutur Ruhut yang menyebut partai lain dan memanggil dengan kata daeng, itu tidak bagus. Sebelum bicara harusnya dipikirkan dulu pantas tidak kata-kata itu dikeluarkan. Memanggil dengan kata daeng itu seperti membedakan suku di Indonesia. Dan menyebut partai lain, akan membuat ketidaknyamanan.  
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis transkrip data penggalan rapat Pansus Century, dapat ditemukan sembilan  tindak tutur lokusi. Setelah mendengar pendapat responden tentang penggalan transkrip data tersebut, disimpulkan bahwa, tuturan dari Ruhut Sitompul dapat berdampak negatif bagi lawan tuturnya yang mengakibatkan anggota pansus merasa keberatan dengan sikapnya. Masyarakat juga yang menonton disiaran televisi menilai sikap Ruhut tidak bagus dan cara bicaranya yang keras, dan sering sekali memotong pembicaraan temannya.
Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa
Penelitian tindak tutur lokusi rapat pansus century ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Siswa dapat memahami pemakaian bahasa seperti yang terdapat dalam dialog pansus century,  mengetahui dan memahami tindak tutur lokusi. Selain itu juga manfaat yang diambil dari penelitian ini yaitu dalam bertutur harus lihat lawan tutur kita siapa, serta pemilihan kata dalam bertutur sangat penting untuk menjaga kenyamanan dalam bertutur.
Pustaka Acuan
Leech, Geoffrey.1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Setiawan, Soni. 2005 : Tindak tutur dan pilihan kata dalam Bahasa Humor Rubrik Komedi Misteri pada Majalah Wahana Mistis Edisi Oktober-Desember 2004. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JBSI FBS UNESA.
Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar