Rabu, 11 Mei 2011

Pragmatik

Analisis Tindak Tutur Orang Perbatasan (Pangandaran) Dan Munculnya Kata-Kata Baru
Nur Iman Fajar Ramdhani
0808455
Abstrak
Orang-orang yang tinggal di daerah perbatasan dengan dua suku budaya dan bahasa yang berbeda. mempunyai kecenderungan memiliki keahlian multilingual atau menguasai lebih dari dua bahasa. Sehingga dalam pemakaian bahasa dikehidupan sehari-harinya sering menggunakan bahasa bercampur. Itu tidak bisa dihindari walaupun merupakan dari pengaplikasian salah satu fungsi bahasa itu sendiri. yaitu bahasa sebagai alat komunikasi. Dan menimbulkan istilah atau kata-kata baru. Oleh karena itu penulis akan meneliti kata atau istilah baru yang tercipta dari orang-orang yang tinggal di daerah perbatasan seperti kota Pangandaran.
Abstract
The people who live on the border with two tribal cultures and different languages. have tended to have multilingual skills or control more than two languages. Thus, in language usage daily dikehidupan often use mixed languages. It can not be avoided despite the application of one function of language itself. namely language as a means of communication. And raises the terms or new words. Therefore, the authors will examine the word or a new term created by the people who live in border areas like the town of Pangandaran.
Kata kunci : bahasa, pragmatik, tindak tutur, kata-kata baru, daerah perbatasan, pangandaran, wacana dan budaya.
Pendahuluan
Karena letak geografisnya yang terletak diantara dua budaya dan bahasa yang berbeda. Sehingga dalam pemakaian bahasa kehidupan sehari-harinya sering menggunakan bahasa bercampur aduk tidak bisa dihindari walaupun merupakan dari pengaplikasian salahsatu fungsi bahasa sendiri yaitu bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu penulis akan meneliti kata atau istilah baru yang tercipta dari orang-orang yang tinggal di daerah perbatasan seperti kota Pangandaran.
Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan dan Bahasa daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Bagitu pun bahasa yang semakin berkembang, kata dan Istilah baru pun muncul karena beberapa faktor. Oleh sebab itu menurut penulis hal ini menarik untuk di teliti dalam bidang pragmatik bahasa.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Dengan begitu, tindak tutur dan produkifitas bahasa di Indonesia salahsatunya bisa dianalasis dengan kajian Pragmatik bahasa. Hal ini ditujukan agar kita sebagai warga Indonesia wajib melestarikan kebudayaan kita, keunggulan dan anugrah yang Negara kita miliki salahsatunya yaitu keanekaragaman bahasa.
           Sebutkan Kata atau istilah baru  saja yang tercipta akibat percampuran bahasa di daerah perbatasan khususnya di Pangandaran?
           Sebutkan faktor-faktor penyebabnya?
           Apakah dalam makna kata dan istilah baru tersebut mempengaruhi dalam kesopanan bertutur?
           Bahasa apa saja yang dipakai masyarakat sehari-hari di daerah Pangandaran?
           Bahasa apa  yang digunakan  mayoritas masyarakat pangandaran digunakan?
Landasan Teori
Dalam penelitian ini, teori yang akan digunakan adalah teori wacana dan budaya. “Analisis wacana mencakup rentangan aktivitas-aktivitas yang sangat luas, dari penelitian yang terfokus secara sempit tentang bagaimana kata-kata seperti “oh” atau “baiklah” digunakan dalam percakapan umum, sampai pada studi tentang idiologi yang dominan dalam suatu budaya, misalnya seperti yang digambarkan dalam percakapan umum. Sampai pada suatu tentang idiologi yang dominan dalam suatu budaya, misalnya seperti digambarkan dalam praktik politik dan pendidikan. Jika analisis ini dibatasi pada pokok-pokok persoalan linguistik, maka analisis wacana memfokuskan pada catatan prosesnya (lisan atau tertulis) dimana bahasa itu digunakan dalam konteks-konteks untuk menyatakan keinginan.” ( 2006 : 143)
“Studi perbedaan-perbedaan harapan berdasarkan skemata budaya merupakan bagian dari ruang lingkup yang luas yang umumnya dikenal sebagai pragmatik lintas budaya. Untuk melihat bagaimana cara penutur menyusun makna berdasar budaya yang berbeda sesungguhnya memerlukan penilaian kembali secara lengkap dari segala sesuatu yang sebenarnya sudah kita pertimbangkan sampai disini dalam survey ini. Konsep-konsep terminologi itu mungkin memberikan suatu kerangka anilitik dasar, tetapi realisasi dari konsep-konsep itu mungkin berbeda secara substansial dengan contoh bahasa inggris yang diberikan di sini. “ (2006 : 150)
Metode Penelitian
Data diperoleh melalui wawancara dengan narasumber, Satria setiawan. Beliau yang tinggal di Pangandaran letak geografisnya perbatasan antara propinsi Jawa Barat yang mempunyai bahasa Sunda dengan Jawa Tengah dengan bahasa Jawanya. Karena letak geografisnya, perpaduan atau campuran bahasa antara bahasa Sunda dari Jawa Barat dan Bahasa Jawa pun merata di daerah tersebut walaupunh masih didominasi oleh bahasa Sunda.
Tidak sedikit orang-orang yang berada di daerah perbatasan seperti Pangandaran ini banyak yang memiliki keahlian Multilingual atau menguasai dua bahasa atau lebih seperti narasumber yang  menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari, ia pun mengerti  bahasa Jawa karena lingkungannya banyak yang menggunakan bahasa itu dan ia pun sebagai warga Negara Indonesia bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Dengan perpaduan dan campuran dua atau lebih bahasa yang berbeda, bisa menimbulkan atau memunculkan bahasa, kata atau istilah yang baru.
Deskripsi Data Dan Analisis Data
NO
Kata
Makna dan arti
Keterangan
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Bahasa Jawa
1
Teu Kosi
Tidak perlu
Teu Kedah
Ora butuh

2
Kari
silahkan
sumuhun
monggo

3
Gandul
Pepaya
gedang
pepaya

4
Silit
Anus
Bujur
Silit

5
Gendok
bodoh
bodo


6
Toli
-
-
-
Sebagai konjungsi
7
Batin
Sungguh Terlalu
Kacida teuing
tobat

8
Cumentil
Centil
Gumeulis


9
Nya Dih?
Betul bukan?
Nya kitu?
Bener ora?

10
Cerindil
Keriting/ikal
Galing
Keriting

11
Nanang
Anak laki-laki
Ujang
Tole

12
Eneh
Nenek
Nini/ema
Nini

13
Gegenting
Lembah 
Lebak


14
Senso
Gergaji mesin
Ragaji mesin


15
Pita
Tempat pemotongan kayu
-


16
Togong
Tempat pembuatan bata
Lio


17
Golongan
Kepala dusun
Demang
Uwo

Penutup
Kesimpulan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang digunakan Republik Indonesia sebuah negara yang luas dengan hamparan pulau-pulau besar dan kecil dalam tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan kepadatan populasi penduduk yang mencapai 222 juta jiwa pada kurun waktu 2006 serta kekayaan suku bangsa dan bahasanya yang beragam.
Dengan bertemunya dua budaya dan bahasa yang berbeda kemudian menimbulkan ciri khas bahasa atau tuturan dan istilah yang baru dan hanya ada di daerah Pangandaran tersebut. Maka hal ini akan dianalisis dengan teori Wacana dan Budaya dengan melakukan perbandingan dan penerjemahan dari bahasa asalnya ke dalam bahasa Indonesia.
Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa
Pengajaran bahasa sering dipisahkan dari pengajaran budaya (culture), bahkan ada yang menganggap bahwa bahasa tidak ada hubungannya dengan budaya. Memang diakui bahwa budaya penting untuk dipahami oleh pemelajar bahasa, tetapi pengajarannya sering terpisah dari pengajaran bahasa. Joan Kelly Hall (2002) menyebutkan bahwa ancangan kemampuan komunikatif (communicative competence), misalnya, memang mempertimbangkan aspek budaya dalam pembelajaran bahasa dengan lebih menekankan pada penggunaan bahasa, tetapi dalam pelaksanaannya bahasa masih dianggap sebagai satu sistem homogen yang terpisah dari interaksi penutur dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia yang telah mulai memasuki ranah internasional dengan mulai banyaknya dipelajari oleh penutur asing dapat diupayakan seoptimal mungkin sebagai sarana pengembang, pendukung, dan penyampai kebudayaan Indonesia di dunia internasional. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan bangsa melalui pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing adalah dengan cara memaksimalkan konten-konten budaya pada materi-materi pengajaran bahasa. Misalnya, dalam pelajaran membaca, materi pelajara adalah teks-teks yang sarat berisi kebudayaan-kebudayaan Indonesia yang unik dan menarik, yang tidak hanya membantu mereka dalam menguasai aspek-aspek kebahasaan dalam bahasa Indonesia, tetapi juga membuat mereka mengenal budaya Indonesia lebih jauh melalui bahasa yang mereka pelajari.
Pustaka Acuan
Ruhendi, Saifulloh, Aceng. 2002. Pragmatik: dari morris sampai van dijk dan perkembanganya di Indonesia. @irtkulasi.
Syamsudin, A.R.1992. Studi Wacana teori-analisis-pengajaran Bandung : mimbar Pendidikan bahasa dan seni FPBS IKIP.
Yule, George.2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

1 komentar: